Perkembangan teknologi digital memang membawa berbagai kemudahan dalam berbagai lini kehidupan. Namun tetap harus diwaspadai juga beberapa dampak buruknya, misalnya kekerasan online dan cyber crime yang rentan dialami perempuan dan anak. Sehingga literasi digital adalah kunci bagi perlindungan perempuan dan anak. Harapnnya literasi digital pun bisa mencegah kekerasan dalam dunia digital.
Table of Contents
Pentingnya Literasi Digital bagi Perempuan
Dilansir dari polithings.id, menurut Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA) Bintang Puspayoga, perempuan yang memiliki literasi digital mampu melindungi diri mereka sendiri, dan di masa depan saat menjadi seorang ibu, mereka bisa melindungi anak-anak mereka dari abhaya internet. Perempuan juga perlu memanfaatkan teknologi digital untuk memberdayakan diri.
Tapi masih banyak juga perempuan yang merasa tak aman dan tak nyaman saat mengekspresikan diri melalui platform digital. Masih banyak sekali kasus tentang perempuan yang menerima pesan bernada penghinaan, komentar, bahkan perlakuan kurang baik dari orang lain terkait body shaming atau statusnya.
Padahal pelecehan verbal maupun nonverbal, body shaming, mom shaming, menerima pesan dengan nada sensual sudah termasuk pelecehan dan kekerasan terhadap perempuan. Lantas bagaimana caranya agar terhindar dari hal tersebut? tentu saja perempuan harus memiliki pondasi kuat dengan kecakapan tentang literasi digital untuk perempuan.
Baca Juga:
Apa itu Literasi Digital?
Masih melekat stigma negatif yang melekat bahwa tubuh perempuan hanyalah objek seksual. Dari sinilah muncul komentar-komentar negatif yang membuat depresi bagi para perempuan. Apalagi masih banyak perempuan yang belum paham teknologi dan belum menyentuh literasi digital.
Menurut UNESCO (2011), literasi digital adalah kecakapan (life skills) yang tak hanya melibatkan kemampuan penggunaan perangkat teknologi, informasi, dan komunikasi, tetapi melibatkan kemampuan dalam pembelajaran bersosialisasi, sikap berpikir kritis, kreatif, serta inspiratif sebagai kompetisi digital.
Saat ini literasi digital sudah menjadi hal penting dan sangat dibutuhkan untuk mengambil peran dan partisipasi di era digital. Literasi digital sama pentingnya dengan kemampuan membaca, menulis, berhitung dan ilmu lainnya. Di dalamnya pun melibatkan proses membaca, memahami, menulis, dan mengaryakan sesuatu sebagai pengetahuan baru.
Manfaat Literasi Digital
Banyak sekali manfaat literasi digital antara lain:
- Kegiatan mencari dan memahami konsep informasi dapat menambah wawasan dan meningkatkan berpikir kritis dalam emmahami informasi.
- Memperoleh dan memperluas informasi secara up to date. Misalnya kita ingin tahu jadwal keberangkatan pesawat, tak perlu lagi datang ke bandara. Cukup dengan membuka aplikasi atau media browser, maka semua info berhasil didapatkan.
- Menjadikan perempuan tak kalah dari laki-laki untuk mengakses teknologi.
- Perempuan pun bisa memperkaya keterampilan dengan banyak mengasah skill. Misalnya belajar memasak, merajut, menulis, dengan menggunakan teknik tertentu.
- Memperluas jaringan pertemanan yang bisa menambah teman tidak hanya pada lingkup kecil. Namun bisa memperluas wilayah bahkan sampai ke luar negeri melalui media sosial, melalui aplikasi instagram, twitter, mapun facebook.
- Mencegah penyebaran hoax dengan validasi kebenaran isi berita.
- Mencegah kekerasan pada perempuan dan anak-anak.
Kekerasan Pada Perempuan dalam Ruang Digital
Komisi Nasional Perempuan melalui data pengaduan langsung tahun 2020 dan data diri Lembaga Layanan mencatat adanya kasus yang meningkat dari tahun 2019 sebanyak 126 kasus menjadi 510 kasus pada tahun 2020.
Peningkatan kasus ini dilihat dari berbagai sisi yang membuat para perempuan rentan mengalami kekerasan. Jenis kekerasan yang banyak dialami adalah penyebaran konten perusak (malicious distribution), pendekatan korban untuk bangun kepercayaan (online grooming), penyebaran konten intim tanpa persetujuan (non-consensual dissemination of intimate photos or video), dan pelecehan siber (cyber harassment).
Komnas Perempuan bahkan mencatat kekerasan dalam ruang digital lebih dari satu kali. Bahkan bisa mencapai 81,8% setara dengan 1080 kasus. Dilanjutkan 10,1% atau 134 kasus yang mengalami satu kali kekerasan, dan 8,1% atau 107 kasus yang tak teridentifikasi latar belakangnya.
Bentuk kekerasan yang umum terjadi adalah:
- Komunikasi verbal dan non verbal terhadap konten yang dibagikan. Adanya nada perundungan warganet yang acapkali mengundang rasa tidak nyaman dan menjadi tak percaya diri berliterasi.
- Direct message yang mengajak kenalan dengan kurang senonoh.
- Kata-kata yang bisa menjurus pada sexual harassment. Pelecehan melalui fitur chat berupa tulisan ataupun share foto/gambar, non-consensual dissemination of intimate images (suara/audio, video, ujaran yang berisi konten seksual milik seseorang tanpa persetujuan orang tersebut)
- Scammer berupa penipuan lewat aplikasi kencan, membangun kepercayaan kemudian meminta uang.
Seharusnya perempuan tetap bisa bebas berekspresi, terus menulis, dan berkarya bahkan bisa berliterasi dengan bahagia tanpa ada ketakutan mendapatkan kekerasan. Seperti tema yang diusung JNE dalam tajuk “Maju Indonesia, bahagia Bersama dengan Literasi”. Setiap orang baik laki-laki maupun perempuan bebas berkarya dan berliterasi bahagia di ruang digital tanpa khawatir mendapatkan kekerasan dalam bentuk apapun.
Baca Juga:
Pondasi Penting dalam Literasi Digital untuk Perempuan
Maka, menjadi penting sekali bagi perempuan untuk memiliki pondaasi dalam literasi digital. Sebagai bentuk perlindungan bagi diri mereka sendiri dalam upaya mencegah kekerasan. Apa saja pondasi penting tersebut?
- Mencegah hoax dengan melakukan validasi kebenaran data dan fakta pada informasi yang telah diterima.
- Kalau sudah yakin informasi akurat, tetap hati-hati dalam emmbagikan informasi yang diperoleh. Pahami dulu apa yang boleh dan tak boleh dibagikan di ruang publik.
- Jangan mudah percaya dengann informasi yang sedang viral namun ternyata hoax. Perempuan harus cerdas dalam menjaga jarinya untuk menekan tombo “bagikan”.
- Lindungi privasi dan data diri dengan sekuritas yang baik. Jangan sampai data pribadi menyebar luas di ruang digital.
- Jangan takut mengekspresikan diri dengan bersuara. Perempuan juga mempunyai hak bersuara dan didengarkan pendapatnya.
Apa yang Harus Dilakukan Jika perempuan Mengalami kekerasan?
Kalau kamu sebagai perempuan mengalami sexual harassment dan ruang digital, kamu bisa melakukan beberapa hal berikut ini:
Dokumentasi
Melakukan dokumentasi memang penting sebagai barang bukti utama kalau kamu menjadi korban kekerasan. Kamu bisa screenshoot hasil percakapan atau kalimat-kalimat bernada kekerasan atau kurang pantas misalnya.
Buka Suara
Jangan ragu untuk menunjukkan keberatan dengan membuka suara. Tunjukkan kalau kamu tidak suka diperlakukan demikian. Kalau pelaku masih melakukan pelecehan atau kekerasan melalui media sosial, kamu bisa mengunggahnya di media sosial setelah memberi peringatan. Sehingga pelaku merasa jera dan harapannya tak akan mengulangi tindakannya. Banyak perempuan yang masih mengalami trauma sebagai korban sexual harassment ini. Karena mereka diam daja dan tak berani speak up.
Baca Juga:
Tempat Mencari Pertolongan
Kalau pelaku masih belum jera kamu bisa mencari pertolongan dengan menghubungi:
- Seseorang atau pihak ketiga yang kamu percayai.
- Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan dan Anak (P2TP2A). Unit layanan P2TP2A merupakan pusat pelayanan terintegrasi dalam upaya pemberdayaan perempuan di berbagai bidang termasuk perlindungan bagi perempuan dan anak dari berbagai jenis diskriminasi dan tindak kekerasan yang terdapat di 34 provinsi di Indonesia.
- Situs resmi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Masyarakat dapat mengakses formulir pengaduan masyarakat yang berada pada bagian layanan publik KPPA, ketika mengakses situs resmi www.kemenpppa.go.id.
- Unit perlindungan perempuan dan anak di kepolisian terdekat.
Baca Juga:
Peran Keluarga Sebagai Support Sistem Penyintas Kekerasan Seksual
Kesimpulan
Banyak perempuan yang masih belum memahami pentingnya pondasi literasi dalam upaya mencegah kekerasan dalam ruang digital. Maka, penting sekali pemahaman literasi digital terus disosialisasikan, sehingga semakin banyak perempuan yang melek teknologi untuk bidang ini.
Perempuan pun harus berani membuka suara saat mengalami sexual harassment, berani mencari tempat pertolongan untuk membantu terlepas dari kekerasan terhadap dirinya. Semoga semakin banyak perempuan tangguh Indonesia yang bisa maju dan melek teknologi literasi. Sehingga dapat mewujudkan kebahagiaan bersama dan mencegah kekerasan dalam bentuk apapun dalam ruang digital.
32 Komentar. Leave new
Nah ini dia penting banget edukasi tentqng literasi digitql ini. Saat mendapatkan atau menjadi korban dalam social harassment, kita harus tau harus ngapain dan diapain. Bukti, Speak up dan lapor emang itu kuncinya. Awesome mbak!
Iya, harus berani bersuara! Kalau ngga ya kita bakal dapet perundungan terus menerus ya
Betul.. Poin speak up yang harus terus digaungkan dalam literasi digital ini mbak. Karena banyak yang jadi korban tapi ga mau untuk speak up karena berbagai faktor. Salah satunya ya tadi.. Karena ujung2nya perempuan yang justru balik disalahkan.
Temenku sendiri ada yang begitu mba, menahan untuk ngomong dan memilih memendakmnya. Kasian jadi kena kesehatan mental kan ya
setuju banget. perempuan harus berani dan bisa melek dunia digital. jangan diem-diem aja ya. kekerasan di dunia digital ini memang banyak sekali macamnya. jangan sampai terjadi sama kita.
Makanya harus melek literasi digital sebagai upaya mencegah kekerasan ya mba Rin
Benar mba, dengan literasi digital lebih luas maka perempuan akan lebih bisa melek untuk menjaga diri. Jadi tak hanya prihatin dengan berita2 kekerasaan yang makin banyak, tapi bisa membantu mencegah.
Semoga semakin banyak perempuan yang melek literasi digital ya kak
Kasus yang baru2 kemarin bahkan bullying dilakukan oleh sesama perempuan Bun. Duh ngeri! Tahan-tahan jempol, bijak bersosial media
Iya kan ngeri udah kalau ngelawan emak-emak netijen di internet.
Wah bener nih. Jadi penting sekali kita sebagai perempuan melek literasi supaya terhindar dari kekerasan terhadap dirinya
Betul banget.
Pencegahan kekerasan pada perempuan ini butuh banget dukungan dari semua pihak, termasuk sesama perempuan, karena ada kalau ada korban yang speak up, malah sesama perempaun yang nggak percaya dan membully.
Itu dia, aduh susah deh kalo malah saling julid dan nyinyir. Mau minta tolong ke siapa lagi yak.
perlindungan terhadap perempuan di berbagai elemen perlu digalakkan. pelaku juga harus ditindak yang artinya hukum juga harus lebih concern.
Iya betul banget.
Setuju banget bahwa kita sebagai perempuan kudu melek digital.
Upaya pencegahan sbg bentuk antisipasi dan melindungi diri dari kekerasan seksual di era digital jg penting yaa dengan langkah-langkah yg udah mba paparkan.
Semoga banyak perempuan yang mulai aware dgn hal ini. Thanks for sharing 😀
Karena banyak juga perempuan yang masih enggan bersuara mesti sudah kena sexual harassment ya mba. Makanya kita semua wajib melek literasi digital.
Dunia digital selayaknya bukan lapangan bola tanpa wasit, di mana semua orang bebas menendang ke sana kemari. Harus ada aturannya. Ini bisa tercapai jika semua user teredukasi dengan baik lewat literasi digital.
Makanya kita semua harus saling bersinergi untuk mengokohkan dan memberi edukasi pentingnya literasi digital tak hanya bagi perempuan tapi semua kalangan.
Memang wanita tidak luput dari pelecehan seksual bahkan ada info yang saya ketahui bahwa di platform Metaverse yang sedang diujicobapun seorang wanita ada yang terkena pelecehan dengan diraba-raba avatarnya.
Hah masa sih? Fetish kali tuh ya Pak?
bener mbak kita semua bahkan harus melek teknologi dan berani buka suara
Sedih sekaligus miris sih kenapa perempuan sampai sekarang masih banyak dipandang sebagai “objek”. Padahal otak pelaku pelecehan seksual seharusnya yang dipertanyakan. Stigma ini yang akhirnya membuat korban malah disalahkan, aneh dan gila sih menurutku kalo masih ada yang mikir gini. Secara tidak langsung mereka yang menyalahkan korban, turut membenarkan adanya pelecehan seksual. Ngeriii
Makanya itu, makanya pihak perempuan selalu menjadi pihak yang tersudut bahkan disalahkan. Semoga dengan literasi digital yang baik bis amencegah kekerasan dalam ruang digital ya mba.
Di beberapa kasus saat perempuan sebagai korban malah lebih di-ekspose dibanding pelaku. Kena bully juga. Hiks … Ini pentingnya cerdas literasi digital.
Nah iya bener. Jadi seolah-olah emang perempuan tetep pihak yang dijadikan saasaran empuk buat dipersalahkan.
Setuju, perempuan juga harus cerdas dalam literasi digital. Mencegah penyebaran berita hoax dan sekaligus bisa melindungi diri dari kekerasan
Kekerasan dalam bentuk non verbal yakni dengan tulisan paling sering saya jumpai. Ada dua sebab juga sih, pertama, karena konten dari pihak wanita yang “seperti mengundang” atau sengaja berpakaian seperti itu, dan dari pihak laki-laki yang memang jelalatan, meski kontenya B aja. Dalam hal ini, literasi digital sangatlah untuk keduanya. Baik permpuan dan laki-laki sama -sama lebih terjaga dan teredukasi.
Perempuan dan anak-anak itu rentan sekali dengan kekerasan seksual ya kak. Baik verbal maupun non verbal
[…] Literasi Digital Dapat Mencegah Kekerasan Pada Perempuan […]