Beberapa hari terakhir ini, Indonesia sedang berduka. Awalnya aku ketinggalan beritanya, sampai salah seorang kawan memberi info kalau ada sebuah kapal selam yang belum ditemukan. Aku masih menganggap biasa aja, sambil menunggu berita lanjutan esok harinya (Jumat).
Eh besoknya kok situasi makin tegang. Kapal belum ditemukan, sedangkan supply oksigen hanya cukup untuk 72 jam yang artinya, maksimal sebelum hari Sabtu pukul 03.00, harus sudah ditemukan. Kalau tidak, bisa kita simpulkan sendiri kan? Kemungkinan kekurangan oksigen akan menyebabkan apa?
Tak berani berspekulasi, aku seorang yang dikaruniai bleeding heart ini tak hentinya memikirkan mereka. Seorang bleeding heart ini biasanya harus menanggung kutukan merana sepanjang hari karena kombinasi over thinking yang terlalu peka. Pun mereka selalu memikirkan masalah kecil sepanjang hari.
Bagaimana tidak, ada 53 orang ayah, kakak, adik, paman, sahabat yang sedang berjuang demi ibu pertiwi dengan mengorbankan nyawa. Mereka berangkat pamit ke keluarganya untuk melindungi bangsa, apakah benar mereka ‘pulang’ hanya tinggal nama? Nama harum yang akan dikenang sepanjang masa.
Bayangkan deh, gimana rasanya terjebak di dalam sebuah kapal selam di kedalaman 800 m. Pilihannya hanya 2, kamu keluar kapal dan tubuhmu akan hancur, atau kamu di dalam kapal menunggu oksigen habis. Siapa sih yang bisa bertahan dalam tekanan 85 atm? Dan siapa yang bisa bertahan tanpa menghirup okesigen?
Tidak ada yang lebih menyiksa daripada menunggu ketidakpastian.
Aku membayangkan apakah mereka bersama-sama berdoa, saling bergandengan tangan (ahh emak-emak banget), saling support, karena tahu tidak akan pernah ada jalan keluar? Hanya Allah lah sebaik-baiknya pelindung dan penolong. Kami selalu masih memiliki harapan. Seperti nabi Yunus di perut ikan paus.
Kami selalu punya senjata kuat yang bernama doa. Bulan suci ini, bulan penuh rahmat ini, kami percaya semua doa itu akan melangit. Tembus menuju langit tanpa hijab dari kami semua orang beriman yang percaya pertolongan Allah sangatlah dekat.
Bagaimana denganku? Seorang istri dengan suami yang juga bekerja di lepas pantai.
Aku tahu bagaimana rasa cemasnya menunggu kabar. Suatu ketika saat ada berita pesawat Sriwijaya jatuh, waktu yang sama suamiku juga sedang dalam pesawat, tanpa kabar. Sudah seharusnya mendarat, tapi tetep aja gawainya hanya centang satu. Berkali-kali aku mengecek pesan whatsapp. Berkali-kali aku menghubungi ibunya, dan memohonkan doa keselamatan untuknya.
Aku telpon ayah dan ibuku, dan siapa saja yang bisa mendoakannya. Rasa kehilangan itu begitu dekat saat mengetahui seseorang sedang tidak di samping kita. Bersyukurlah kalian yang bisa menemui orang yang kalian sayangi setiap hari. Bersyukurlah bisa memeluknya, dan katakan kepada mereka kalau kalian sangat menyayanginya. Sebelum kalian tak bisa bertemu dengannya, selamanya.
Tabah Sampai Akhir
Wira. Ananta. Rudira.
Aku baca di Fb tulisan Selamat Ginting, RP Poernomo yang menciptakan motto untuk kapal selam: “Tabah Sampai Akhir”.
Ahh selalu saja, menuliskan tentang para mujahid ini membuat mata ini basah. Jadi dalam buku “50 Tahun Pengabdian Hiu Kencana 1959-2009” (terbitan 2009), Poernomo menceritakan sifat yang harus tertanam dalam jiwa kru kapal selam.
“Berani saja tidak cukup. Ulet saja pun tidak cukup. Sabar juga belum cukup. Tekun dan tenang pun tidak cukup untuk melaksanakan tugas ini. Tetapi diperlukan semua sifat tersebut. Ternyata, kata yang di dalamnya tersimpul sifat-sifat itu adalah kata: tabah.“
Kata Poernomo, orang tabah, tidak akan takut, karena ia pasti berani. Orang yang tabah tidak akan menyerah, karena ia ulet. Orang yang tabah tidak akan terburu-buru, karenanya ia sabar. Orang yang tabah, tidak akan hilang akal, karena ia tenang. Orang yang tabah, tidak akan mundur, karena ia teguh.
“Karena itulah kita harus tabah sampai akhir. Inilah motto yang kita pilih: tabah sampai akhir. Apabila sifat-sifat yang tersimpan di dalam motto ini dapat kita tanamkan kepada jiwa kita masing-masing, maka jiwa dan mental kita siap menghadapi tugas apa saja yang akan dipercayakan atasan kepada kita”
Banyak sekali beredar di instagram, cerita anak yang ditinggal berangkat kerja oleh ayahnya (salah satu awak kapal Nanggal 402) kemudian menangis dan membujuk ayahnya agar tidak berangkat kerja, kemudian mengunci pintunya.
Ada lagi video tentang seorang istri yang baru menikah dan sedang hamil, ditinggal suaminya maju ke medan perang. Lagi-lagi membuat hati ini gerimis. Berikut sebuah video seorang awak kapal yang sedang diwawancarai bilang,
“Kami berangkat keluar rumah, kalau kapal selam sudah masuk berarti anggap saja kami sudah mati. Sekali lagi saya sampaikan pada anak dan istri, di saat suamimu berangkat tugas, itu suamimu sudah mati. Berdoa saja sama Allah agar suamimu diberi perlindungan dan keselamatan”.
Bukan saja seorang awak yang harus tabah sampai akhir. Keluarganya pun. Mereka siap menikah dengan TNI, mereka harus siap kehilangan suami kapan saja. Tabah sampai akhir.
Benar sekali bila ada empat persyaratan untuk bisa disebut memiliki jiwa “tabah sampai akhir”. Ia harus cerdas, ulet, berani, dan satu ini yang jarang dimiliki siapapun: tabah. Berarti seperti bayanganku, yang (mungkin) mereka akan bergerumbul bersama meratapi nasib, menunggu kematian, itu salah.
Jangan bayangkan mental seperti emak-emak yang baperan ini. Apalagi saat kapal selam black out kemudian terbawa sampai kedalaman 800 meter. Apakah mereka panik? Apalagi tidak bisa mengirim sonar ke permukaan laut? Sinyal darurat tidak lagi berfungsi lantaran hanya bisa dikirim dari kedalaman maksimum 100 meter. Bagaimana pembagian oksigen untuk 53 awak selama tiga hari? Menunggu dan menunggu sampai benar-benar habis, atau sebelum habis kapal bisa jadi sudah terbelah?
Apakah mereka akan saling menyalahkan? Apakah mereka akan emosi dan marah? Mereka tahu lho kapan mereka akan pergi, berlayar menuju keabadian. Mereka bukan orang biasa seperti kita. Watak dan jiwa didikan yang mereka tempa benar-benar luar biasa, doktrin kejuangan keprajuritan TNI AL. Tabah Sampai Akhir. Ketenangan adalah kuncinya, emosi hanya akan menghabiskan jatah oksigen, bukan?
Mungkin saja, mereka terus berjuang, mengupayakan apa saja yang bisa diperbaiki. Dengan tenang, tanpa kepanikan, sampai detik kapal tersebut tak bisa bergerak lagi. Setiap awak bekerja menyelesaikan jobdescnya masing-masing. Mereka sedang berada di medan tempur masing-masing, menuju keabadian. On eternal Patrol.
On Eternal Patrol
Istilah on eternal patrol artinya adalah kapal tersebut sedang dalam misi patroli untuk selamanya atau tidak kembali ke daratan. Bayangkan bumi pertiwi yang kita cintai ini dijaga dan dilindungi oleh 53 patriot pemberani!
Aku pernah berpikir, ahhh sebaiknya anak-anakku ngga usah jadi pilot, atau akpol, atau angkatan apapun. Pasti sedih rasanya, menunggu ketidakpastian kapan mereka akan kembali dan banyak what if ini itu. Seorang ibu dengan bleeding heart dan feeling introvert memang sangat menyebalkan, sometimes. Sampai ayahku bilang,
“Biarkan saja mereka menikmati mimpinya. Jangan pernah melarang mereka menjadi apa saja yang mereka inginkan. Asal itu demi kebaikan. Jangan mengurung mimpi-mimpinya. Biarkan mereka terbang tinggi. Jangan takutkan masalah kematian. Karena di mana saja engkau, dia pasti tidak salah menjemput.”
Apakah aku akan menjadi ibu yang egois dengan melarang mereka bermimpi setinggi langit? Lepaskan semua kecemasanmu. Titipkan jiwa mereka pada Sang Penggenggam hati, Sang Pemilik Hati. Kalau pada akhirnya mereka akan pergi berpulang saat bertugas, bukankan engkau harus bangga memiliki seorang mujahid yang disayang Pemiliknya? Ahh lagi-lagi gerimis hati ini membayangkan mereka kelak.
Semoga laki-laki kecil ini esok menjadi lelaki tangguh. Lelaki yang tetap tabah sampai akhir menjalani liku kehidupan yang penuh misteri. Seorang ibu hanya tak boleh berhenti mendoakan semua kebaikan untuk mereka.
Berlayar Menuju Keabadian
Sebenarnya ada rasa iri juga kepada 53 pahlawan yang gugur. Mereka mempersiapkan kematian yang indah, di bulan suci. Kematian yang dirindukan semua orang. Mereka sebagai ayah berangkat mencari nafkah demi keluarga di rumah. Mereka sebagai patriot, berangkat demi melindungi bumi pertiwi. Mereka gugur. Allah lebih menyayangi mereka, di tempat terbaik, di bulan terbaik.
Bagaimana dengan kita? Apa yang sudah aku persiapkan, apakah amal-amalku sudah cukup? Dengan seenaknya masih bersantai-santai, padahal aku sendiri tak tahu kapan ajal yang semakin dekat akan (tiba-tiba) menjemput. Apa aku punya cukup bekal untuk pulang? Apa aku sendiri sudah siap berlayar menuju keabadian?
Datang akan pergi
Lewat ‘kan berlalu
Ada ‘kan tiada bertemu akan berpisah
Awal ‘kan berakhir
Terbit ‘kan tenggelam
Pasang akan surut bertemu akan berpisah
Hey, sampai jumpa di lain hari
Untuk kita bertemu lagi
Kurelakan dirimu pergi
Meskipun ku tak siap untuk merindu
Ku tak siap tanpa dirimu
Kuharap terbaik untukmu
Malang, 29 April 2021
21 Komentar. Leave new
Aku selalu sedih bgt baca tentang Nanggala ini :'( even dah berlalu aku kepikiran trs. Ikut sesak napas lah apa lah. Apalagi video anak yg nahan ayahnya ga boleh berangkat, video lagu yg kaya firasat. Dan aku baru menyadari kita sama2 bleeding heart wkwk baru tau aku istilah ini.
Nahhh kan makanyaaa.. udah berlalu juga akan kepikiran terus nyeseknya ya mbaa..
Setiap saat nungguin update berita Nanggala 402 ini, dan selalu berharap Allah memberi keajaiban, namun takdir berkata lain. Baru kali ini berita kecelakaan yang begitu menyesakkan Dada, semoga mereka 53 orang kru mendapat tempat terbaik disisi Allah, Tuhan YME amin.
Aamiin ya Mujibassailin. Semoga mendapat tempat terbaik sebagai mujahid.. semoga keluarga juga diberi ketabahan dan keikhlasan..
Akupun merasakan betapa berat yang di tinggalkan betaps mulia insyaallah mereka syahid. Gak kuat nahan air mata karena ikut merasakan betapa sedihnya.
Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan keikhlasan ya mbakk
Ahh sampe sekarang masih sedih,
apalagi kalau dengar lagunya ini, miris banget.
Nggak heran setiap siapapun yang mau menikah sama anggota gini, harus bisa meyakinkan atasan mereka untuk siap menerima pasangannya pergi kapan saja tanpa sempat pamit.
Nah ini yang akan terasa berat yaaa..
Ya Allah bener² sedih, Surga menanti para pahlawan bangsa ini, Aamiin.
Aamiin
pengabdian mereka sampai pada puncaknya. Allah, semoga kebaikan Engkau curahkan pada mereka dan keluarga mereka.
Semoga semua diberi ketabahan dan keikhlasan
Semoga Allah SWT memberikan tempat terindah bagi korban kapal tersebut aammiin
Aamiin..
aku sedih bacanya berkaca-kaca… dulu aku keterima di fakultas ilmu kelautan, kata ibuku, jangan diambil, ibuku takut anaknya kenapa2 di laut sana…
Oh yaaa??? wah mba Iffia keren banget sih. Yaudah insya Allah pilihan ibu yang terbaik. Buktinya sekarang bisa lebih sukses..
sedih banget mbak bacanya, cuman bisa bantu doa, ikut terpotek hatiku meski nggak kenal mereka, ya Alloh 🙁
Iya sedih banget yaa :((((
Masyaallah, bener banget ya ini, kita ga akan tau ajal kita akan sampai kapan. Semoga kita semua meninggal dalam kondisi khusnul khotimah..Aamiin ya allah
Aamiin ya Allah. Mudahkanlah..