Semakin sering mendengar berita duka. Awalnya hanya kabar saudara jauh saja, tapi semakin lama lingkaran itu semakin mengecil sampai menghampiri orang yang kita sayangi. Positive Rate PCR sudah mencapai 51.62% padahal normalnya seharusnya di bawah 5%. Artinya, 1 dari 2 orang di sekitar kita kemungkinan telah terinfeksi C19. Beberapa hari terakhir terus bergulir sahabat, saudara, keluarga yang berpulang. Hari ini, subuh ini saya mendengar kabar bude juga berpulang. Bukan sakit yang panjang, tapi beliau mengeluh tiba-tiba dadanya sesak dini hari. Sekarang sudah ngga ada.
Secepat itu atau semendadak itu? Tidak ada yang mengira. Bukan karena sebelumnya sakit yang bisa menjadi pemakluman kepergian seseorang. Tapi siapa menyangka seseorang bisa pergi secepat ini tanpa berpamitan? Seperti sebelumnya saat ada berita suami teman saya meninggal. Beliau berangkat pagi untuk bekerja, tentu saja istri dan anaknya menunggu kepulangannya di rumah seperti biasanya. Tapi beliau menjadi korban laka lalu lintas pagi itu saat berangkat kerja. Langsung meninggal dunia pagi itu juga. Siapa yang menyangka? Pergi pagi untuk menafkahi keluarga, pulang dengan tanpa nyawa. Dan anaknya terus menunggu jasad buyanya untuk pulang.
Sungguh kita tidak bisa bercanda dengan waktu.
Lagi-lagi saya hanya ingin bercermin pada hidup saya. Kesempatan kedua yang Allah berikan. Setelah lolos dari pilihan mati berperang dengan makhluk tak kasatmata itu akan saya gunakan untuk apa? Seseorang yang terpilih dan menderita wabah hanya memiliki dua kemungkinan: bertahan atau berpulang. Allah yang Mahabaik itu memberi pilihan kesembuhan untuk saya. Bagaimana bisa saya masih bercanda dan bermain-main dengan sisa waktu?
Ada kawan yang meninggal saat sedang hamil, dan positif C19. Insya Allah, surga dan syahid tempatmu kawan. Ada yang ah.. banyak yang tidak mendapatkan kamar isolasi karena ruang UGD terlalu sesak. Mau sampai kapan wabah ini selesai? Jargon di rumah saja sudah tidak cukup mempan menakut-nakuti agar seseorang benar-benar diam di rumah saja. Semua kembali kepada diri sendiri. Jaga diri sendiri dulu sebelum berkoar-koar menyelamatkan orang lain. Ingat keluargamu, anak-anakmu.
Bude yang pergi secepat ini tanpa pamit. Saat semua orang sedang dibuai mimpi-mimpi mereka. Bude pergi. Saya seketika ingat janji-janji saya saat sedang sakit. Apa yang akan saya lakukan untuk kehidupan yang lebih baik di kesempatan kali ini? Apakah membuat terlena dan lupa? Sebenarnya apa yang ingin kamu kejar? Apa yang ingin kamu peroleh? Apa yang menjadi final goalmu? Kamu ingin ke mana?
Kalau giliran datang tiba-tiba kamu punya bekal apa? Gimana anak-anakmu, itu amanahmu lho. Sudah mempersiapkan apa untuk mereka?
Selamat jalan bude, tempat terbaik untukmu..
Malang, 23 Juni 2021