Saat itu tanggal 10 Januari 2021 ketika badan saya tiba-tiba meriang, dan pusing. Saya langsung ke klinik terdekat dan dokter memberi diagnosis ISK (Infeksi Saluran Kemih). Saya minum antibiotik satu minggu, dan tiba-tiba muncul demam naik turun. Entahlah, badan seperti meriang berkepanjangan. Setiap hari saya memakai masker, karena di rumah ada tiga balita. Meskipun saya tidak batuk pilek juga sih. Minum tolak angin sudah, Cambio, madu, Sangobion, apa aja lah diminum, sambil menghabiskan obat dari dokter. Dan yang bikin parno adalah, mendadak anosmia. Wow. Emang sih masih bisa mencium bau dan merasakan makanan. Tapi ada beberapa bau yang saya tidak bisa menciumnya. Salah satunya adalah pup anak saya sendiri! Saya juga tiba-tiba tidak bisa mencium bau sabun di kamar mandi.
Table of Contents
Apakah Saya Harus Isolasi Mandiri
Kondisi saya yang belum pasti apakah sedang terinfeksi covid atau bukan membuat saya memaksa harus isolasi mandiri. Karena saya memang baru kontak (tidak) erat dengan pasien bergejala. Saya hanya khawatir dengan anak-anak dan suami di rumah. Sudah peraturan di rumah kami, kalau ada yang flu atau bergejala sakit, maka sementara tidur terpisah. Sambil menggunakan masker di dalam rumah. Saya pun mengurangi kontak dengan anak-anak dan suami sebisa mungkin.
Hasil Antigen Positif
Hampir seminggu kemudian, Jumat tanggal 15 Januari 2021, suami saya langsung memutuskan untuk mengantar ke RS Hermina. Karena demam yang masih naik turun dan keluhan anosmia ringan yang membuat was was. Apalagi di rumah ada anak-anak. Baiklah saya ke UGD RS terdekat, karena pasien demam memiliki ruangan khusus. Saya harus menjalani prosedur cek darah, foto thorax, dan swab antigen.
Cek darah saya menunjukkan leukosit dan trombosit melonjak turun drastis. Dokter bilang, ini mah Demam Berdarah. Fixed harus ngamar. Masalahnya bisa kamar biasa atau harus kamar isolasi? Keputusannya menunggu hasil swab antigen. Saya sudah membangun mindset diri, dan sudah yakin juga hasilnya bakal positif. Jadi sekalian menyiapkan diri agar ngga panik, ngga heboh, dan (pura-pura) biasa aja. Jeng..jeng.. antigen saya positif beneran.
Isolasi di Rumah Sakit
Hasil foto thorax, paru-paru bagus dan bersih. Tapi karena antigen positif, saya harus mengantri kamar isolasi bersama beberapa pasien confirmed lainnya. Nah, masalahnya ngga bisa diprediksi dapat kamarnya kapan. Bahkan ada beberapa pasien yang baru bisa masuk kamar isolasi setelah menunggu seminggu.
Ahh rasanya badan sudah mau rontok, menunggu tanpa kepastian di UGD. Setiap hari banyak pasien keluar masuk, pasien gawat, pasien transit, dan masih banyak lagi. Situasi yang membuat mental saya semakin psikis, ngga bisa istirahat, darah rendah kumat, dan semakin depresi. Jauh keluarga, tidak bisa dijenguk, dan berjuang sendirian.
Alhamdulillah tidak menunggu lama saat akhirnya mendapat kamar isolasi. Lumayan lah sehari semalam menginap di UGD. Dan emang kamar isolasinya juga alhamdulillah dapet yang sendirian, dengan ventilasi udara cukup baik. Mau bilang nyaman dan kerasan, tetep aja ngga bisa dibohongi kalau perasan kesepian selalu menyergap setiap saat. Pemantauan trombosit setiap hari dicek setiap pagi. Ada beberapa informasi kalau ada obat bernama fufang yang bisa menaikkan trombosit dengan cepat. Obat cina sih, tapi bolehlah dicoba.
Saat dokter saya visite, beliau enak banget, ramah, komunikatif, dan bilang kalau saya kasihan banget. Udah kena DB tapi (mungkin) kena covid 19 juga, karena hasil swab PCR belum keluar. Ibarat sudah jatuh masih ketiban tangga hehe. Karena hari itu weekend maka menunggu sampel dikirim ke RS pusat di Jakarta hari Seninnya. Prosedurnya sih ambil sampel dua kali selama dua hari berturut-turut. Jadi saya diambil sampel hari Sabtu dan Minggu. Hasilnya baru keluar hari Rabu dan emang fixed positif covid 19.
Hari ketiga opname alhamdulillah trombosit sudah normal, kalau ngga covid mah pasti sudah boleh pulang. Tapi kayaknya badai baru aja dimulai. Saya mulai batuk kering. Sebelumnya ngga batuk sama sekali padahal. Batuk kering ini bikin dada sakit banget. Saya ngga sampai sesak napas sih. Oxymeter juga normal di atas 90 terus. Tapi gimana sih, tau kan batuk kering itu ngga ngeluarin dahak. Jadi bikin dada sesak banget deh. Saya jadi harus menggunakan selang oksigen selama 24 jam untuk mengencerkan dahak. Dan saat dahak mulai keluar, malah yang keluar ada darahnya. Tangan kanan dan kiri mulai bengkak bergantian karena pengaruh infus. Sangat menyakitkan.
Setiap malam insomnia, ngga bisa tidur karena batuk yang ganggu banget. Setiap batuk, ada dahaknya selalu ada bercak merahnya. Setiap malam, takut memejamkan mata, karena takut tak bisa membuka mata keesokan harinya. Saya berada di titik terendah yang dekat dengan kematian. Membayangkan anak-anak yang saya tinggal. Bagaimana kalau saya mati beneran. Bagaimana dengan mereka?
Saya ini bukan ibu yang sempurna, belum mendampingi tumbuh kembang mereka, belum menjadi ibu yang baik. Belum menjadi istri yang baik. Setiap hari hanya bisa menangis. Ada bayi yang seharusnya masih mendapatkan hak ASI tapi saya tinggal. Setiap hari hanya terbayang-bayang wajah anak-anak di rumah. Dan amal apa yang siap saya bawa? Hal itu yang bikin ngga bisa tidur setiap hari. Bayangan kematian di depan mata. Sekali lagi sekali terkena penyakit ini, kemungkinannya hanya tinggal dua: bertahan atau berpulang.
Melanjutkan Isolasi Mandiri di Rumah
Akhirnya boleh pulang di hari ke-10, sambil menunggu hasil swab yang ke dua. Syaratnya harus lapor puskesmas setempat, dan dijemput ambulans. Wooww, yang benar aja? Masa pulang naik ambulans? Tapi gimana lagi dong, memang protokolnya seperti itu. Daripada ngga pulang ya kan? Saya sudah capek disuntik terus yang membuat tangan bengkak dan biru. Suntikan antibiotik yang membuat nyeri setiap pagi dan sore. Saya ingin istirahat di rumah.
Bagaimana dengan anak-anak dan suami? Alhamdulillah PCR suami negatif dan anak-anak tidak bergejala.
Siapa Yang Boleh Isolasi Mandiri di Rumah?
Idealnya yang boleh isolasi mandiri di rumah adalah:
- Usia non lansia
- Tidak memiliki penyakit komorbid
- Tidak bergejala/ gejala ringan (gejala flu, tidak ada radang paru/ pneumonia, saturasi oksigen >95%)
- Rumah dan lingkungan memiliki syarat untuk isolasi mandiri
Saat ini Covid 19 yang sedang terjadi sudah sangat mengkhawatirkan. Menurut data Kemenkes 8 Juli 2021, tercatat 38.391 kasus harian di Indonesia. Rumah Sakit menjadi sangat penuh sehingga banyak pasien yang terpakasa melakukan isolasi mandiri dalam rumah meskipun tidak memenuhi syarat. Hal ini menyebabkan risiko penularan klaster keluarga akan meningkat dan risiko perburukan sampai meninggal saat isolasi mandiri semakin tinggi.
Apa yang Harus Dilakukan Saat isolasi Mandiri Tanpa Menulari Keluarga?
Kesehatan Fisik
1. Menjaga jarak
Selalu jaga jarak dengan orang yang ada dalam rumah.
2. Memakai masker di dalam rumah
Bersihkan kamar setiap hari dan gunakan APD (minimal masker).
3. Sering mencuci tangan menggunakan sabun
Jangan lupa sering mencuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun. Atau minimal hand sanitizer.
4. Mengecek suhu tubuh
Jangan lupa sering mengecek suhu tubuh, apalagi masih saat awal gejala demam.
5. Mengecek kadar oksigen
Jangan lupa cek saturasi, observasi terus jangan sampai di bawah 90%.
6. Tidak saling meminjam alat makan dan alat mandi
Usahakan menggunakan kamar mandi sendiri bila memungkinkan. Hindari kontak dengan barang yang terkontaminasi (seperti alat makan, sikat gigi, handuk dll).
7. Cuci pakaian dengan air 60-90 derajat celcius dan deterjen
Pisahkan cucian kotor dengan pakaian kotor keluarga lainnya. Gunakan kantong khusus dan sarung tangan.
8. Makan makanan yang bergizi
Jangan lupa banyak makan sayur dan protein. Mengonsumsi yogurt juga baik untuk pencernaan. Kalau saya karena batuk, lebih baik menghentikan makan buah. Wah bikin tambah gatal tenggorokan. Bisa ngga tidur semalaman gara-gara makan sepotong melon atau semangka.
9. Minum obat yang disarankan dokter
Pada prinsipnya bila gejala ringan (tidak ada radang paru/ penurunan saturasi oksigen) maka tidak perlu obat-obatan khusus. Jadi lebih fokus pada perkuatan sistem imun.
Lebih baik konsultasi dengan dokter dan jangan mengobati diri sendiri apalagi dari broadcast WhatsApp tanpa sumber yang jelas. Tidak perlu mengonsumsi obat terlalu banyak yang malah bisa menimbulkan gejala lambung dengan stres berat.
10. Berjemur dan olahraga ringan
Buka jendela kamar agar cahaya matahari masuk dan mendapat sirkulasi udara. Usahakan bisa berjemur 10-15 menit sekitar jam 10.00 pagi. Olahraga rutin 3-5 kali seminggu.
11. Istirahat cukup
Tidur di kamar pribadi yang terpisah dengan anggota keluarga lainnya.
Kesehatan mental
1. Banyak berdoa
Inilah saatnya kita benar-benar berduaan bersama Allah. Kita bisa sepuasnya memohon ampunan, bermuhasabah, memohon pertolongan. Kita hanya makhluk kecil yang tak berdaya dengan kebesaran Allah. Apalah kita tanpa rahmat-Nya. Jangan lupa menambah sedekah juga.
2. Banyak nonton film, membaca buku, berkebun, mengerjakan hobi
Lakukan sesuatu sesuai hobi, lakukan kegiatan yang menyenangkan dan bikin bahagia. Membaca buku motivasi, nonton drama korea yang happy ending, atau bisa juga berkebun sambil berjemur. Menyenangkan, bukan?
3. Mengurangi membaca berita yang menambah kecemasan
Hati-hati dengan WhatsApp grup keluarga yang sering menyebarkan berita hoax tanpa saringan. Jangan buka media sosial kalau memang hanya menambah kekhawatiran. Kadang berita yang ada malah tambah bikin stres dan ngga bahagia.
Cari berita atau info seputar isolasi mandiri yang benar misalnya melalui Ibupedia. Ada tips tentang isolasi mandiri yang aman bersama kelurga di rumah.
4. Manajemen emosi
Jangan terlalu lama berlarut-larut dalam kesedihan. Sedih boleh tapi jangan patah semangat. Tetap berpikir positif untuk membangun imun. Jangan mikir aneh-aneh yang bikin imun menjadi tambah drop. Kuncinya adalah iman dan imun.
Kapan Isolasi Mandiri Selesai?
Tanpa Gejala:
10 hari isolasi sejak terkonfirmasi positif
Gejala Ringan:
10 hari isolasi sejak timbul gejala ditambah minimal 3 hari bebas gejala.
Gejala Berat:
- Selesai isolasi minimal 10 hari ditambah 3 hari bebas gejala.
- Swab PCR negatif
Apa yang Dilakukan Setelah Sembuh?
- Boleh kembali beraktivitas seperti sebelumnya
- Jangan paksakan kalau masih lemas
- Bila ada sisa gejala bisa periksakan diri ke dokter
- Bila sudah dinyatakan sembuh tidak perlu swab PCR berkala
Meningkatkan imunitas dengan: meningkatkan ibadah, makan yang bergizi, istirahat cukup, olahraga ringan (sesuai toleransi badan), mengatasi dampak psikis bila ada, manajemen stres yang baik, vaksinasi bila ada kesempatan. Penyintas juga sangat dianjurkan untuk vaksin. Minimal 3 bulan setelah sembuh ya..
Isolasi mandiri yang TIDAK BENAR akan meningkatkan risiko terjadnya penularan keluarga atau klaster keluarga. Apabila tidak memungkinkan isolasi mandiri di rumah maka lebih baik isolasi di tempat yang ditentukan untuk melindungi keluarga yang lain.
Isolasi Mandiri intinya adalah upaya memulihkan kesehatan dan mengurangi penyebaran virus. Jadi ayo saling menjaga keluarga yang lain, dan tetap semangat mematuhi protokol kesehatan agar tidak menulari keluarga!
Ada yang sedang berjuang melawan virus ini dalam tubuhnya, seperti saya dan ribuan pasien lain.
Anda jangan.
Berjuanglah melindungi diri Anda dan keluarga jangan sampai kena.
-Fahd Pahdepi
Referensi:
Buku Panduan Isolasi Mandiri – PAPDI (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia)
Buku Saku Pasca Sembuh Covid – Satgas Covid 19 Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
RA Adaninggar,dr,SpPD, “Tetap Semangat Untuk Siapapun yang Sedang Berjuang Melawan Covid Di Manapun”, diakses dari https://www.instagram.com/p/CPsINm4hyIe/ pada tanggal 10 Juli 2021 pukul 6.42.
50 Komentar. Leave new
Kami juga pernah ngalami isoman satu klrga. Memenej emosi ini yg susah. Saya juga pernah mengalami insomnia, membayangkan kematian, dll. Tapi Alhamdulillah, akhirnya negatif semua.
Alhamdulillah ya mas. Sudah melewati masa-masa itu dengan baik..
Yang pasti disaat seperti ini, dukungan dari keluarga lah yang sangat penting untuk proses penyembuhan kita.
Disamping itu ya, patuhi protokol yang ada meskiun isoman dirumah.
Bener mba, saat kek gini emang butuh support banget dari segala sisi.
Yup, tetep sesuai protkes agar tidak menulari yang lain 🙂
Ipar saya sedang isoman sekarang, kemarin sempat panik karena kami sempat sarapan bersama. Kami memutuskan utk isoman juga, seminggu setelah sarapan bersama itu kami swab, dan alhamdulillah negatif. Sehat-sehat kita semua.
Alhamdulillah kalau negatif. Sekarang emang dikit-dikit jadi parno kalau udah ada inner circle yang kena yah…
Fight, Kak! Hebat banget..
Saat itu, pasti rasanya nano-nano ya, kak, apalagi harus meninggalkan anak-anak sejenak.
Artikelnya bagus banget, bisa buat panduan bagi yang akan melakukan isoman…
Banget..antara sedih, marah, khawatir. Nano banget pokoknya..
Terima kasih mbaa..
Wow..dbd dan covid juga..syukurlah bisa melewatinya dengan baik kak… secara sekarang lagi banyak banget yg terpapar..dan beberapa kerabat saya tidak beruntung… hiksss…
Iya bang Iyusss jaga kesehatan yah. Sekarang lagi puncak pandemi banget..
Alhamdulillah sudah sehat kembali. Kalau kita sakit pasti yg terbayang adalah anak-anak ya, apalagi kalau mereka masih kecil.
Tetap jaga kesehatan dan semoga kita semua tetap dalam lindungan Allah Swt.
Iyaaa ternyata menahan rindu ngga ketemu anak-anak itu berat banget mbaa..
Hari ini Istri saya baru selesai Isoman, tapi saya beserta anak perempuan saya masih khawatir tertular. Jadi untuk sementara kami tidak bisa barengan dulu. Anak diungsikan ke rumah bibi untuk tidur dls, Saya sendiri tetap mengurusi istri tp dgn dengan menggunakan prokes.
Semoga keluarga kita tetap terlindungi dari ganasnya covid-19 ya mbak..
Iya kang, semoga istri sehat selalu yaa..
Alhamdulillah yang penting anak-anak sehat. Semoga sekeluarga senantiasa dilindungi Allah dan sehat semua.
Sore tadi dilakukan Tes PCR, alhamdulillah hasilnya udah negatif
Selamat berkumpul kembali bersama keluarga tercinta ya kang. Alhamdulilah..
Waah isolasi mandiri di rumah sementara ada anak-anak ya yang negatif ya . Lebih susah sepertinya ya mbak. Maret saya pernah isoman di rumah karena serumah kena termasuk suami dan tiga anak. Tapi karena semua kena ya biasa aja masih campur tidur bareng sama yang kecil. Kamar mandi ya masih bareng kecuali anak anak yg besar di lantai atas . Kalau positif semua lebih mudah daripada menjaga kita aja yg positif lainnya negatif ya mbak. Soalnya harus menjaga banget agar mereka gak terpapar. Alhamdulilah dah sembuh semua ya
Bener mba Nung, malah deg-deg an kalau ada yang negatif karena kita harus menjaga ekstra, sementara kita ngga bisa banyak-banyak kontak fisik yah.
Alhamdulillah semua sudah terlalui. Semoga kita diberi kesehatan dan perlindungan oleh Allah..
Terlalu sering membaca berita perkembangan covid memang bikin kepikiran. Malah bisa bikin imun turun juga. Apalagi di kala kitanya juga terdiagnosa kena infeksi virus covid. Semua rasa khawatir menumpuk dalam dada.
Saat isoman memang lebih baik berusaha membahagiakan diri. Semoga kita selalu sehat ya, Kakak.
Bener banget kak. Yang penting adalah iman dan imun. Biar ngga semain drop dan tetep positif thinking.
Alhamdulillah selesai juga ya Mbak. Kebayang banget bagaimana sedihnya ninggal anak2. Perasaan down kalau inget sakit dan nggak segera pulang. semoga kita sehat2 terus ya.
Mba Lita juga sehat-sehat ya mbaaa,,
Alhamdulillah, lega ya mbak, akhirnya bisa kumpul dengan keluarga. Memang tempat paling nyaman itu rumah. Dan alhamdulillah keluarga yang lain aman ya mb, jadi ga kepikiran selama di rumkit…
Berkumpul bersama keluarga dalam keadaan sehat itu mahal mba. Harus kita syukuri selama masih diberi kenikmatan tersebut.
Semangat untuk jaga kesehatan. Benar kak, kalau bisa di rumah, atau kerja dari rumah memang lebih baik begitu ya. Sebab tidak hanya kita, ada keluarga yang perlu kita jaga
Iya jangan sampai nanti malah membahayakan kesehatan dan keselamatan keluarga lainnya. Semangat!
Ternyata untuk isoman di rumah ada syaratnya juga ya, nggak boleh sembarangan. Dan boleh juga ya isoman di rumah, bersama keluarga yang notabene nggak positif. Persis seperti tetangga saya, ayahnya isoman di rumah, tapi istri dan anaknya yang negatif juga tinggal di rumah yang sama.
Sehat-sehat terus ya Mba….
Iyaa bang. Tetep harus mematuhi protokol kesehatan. Saat ini rumah sakit sedang full banget, jadi kalau bisa isoman di rumah itu udah membantu banget. Butuh saling support keluarga aja.
Alhamdulillah sudah terlewati ya mbak.
Membaca ini jadi tahu bagaimana jika ada yang harus isolasi mandiri di rumah, semoga aja nggak sampai dipraktekkan, cukup sebatas diketahui saja.
Mba Naniiikkkk..sehat-sehat ya mbaaa
Sungguh meresahkan yaaa, dan masih banyak yg meremehkan. Kalo kena itu kan jadinya susah dan mahal yaaa. Semoga bisa makin berempati dehhh. Thx 4 sharing mbaaa <3
Bener, kesehatan itu nikmat yang sangat mahal dan paling berharga saat ini.
Alhamdulillah klo sudah sehat mbak
benar mbak, isoman bosa dilakukan secara aman dengan syarat dan ketentuan ya mbak
Bener banget mba
baca ini sangat membantu banget ya kak menambah pengetahuan tentang isoman ini, di tempat saya sekarang lagi banyak yang reaktif, semoga kondisi ini kembali membaik ya kak
Semoga pandemi cepat berlalu dan kita bisa beraktivitas seperti sedia kala ya mbaa
Harus patuhi prokes dan syarat ketat ya bila isolasi mandiri. Alhamdulillah MB Lintang SDH bebas dari covid 18, bisa kumpul bareng kluarga. Sehat dan sehat selalu ya…
Alhamdulillah mba, saat ini nikmat sehat adalah rahmat yang paling bergarga. Semoga mba dan keluarga juga sehat selalu yaa
Lingkungan selitar saya saat ini banyak yang positif sehingga harus isolasi mandiri. Karena gak bisa bantu secara fisik, ya saya hanya bisa bantu mereka dengan doa.
Bener, kita tidak pernah tahu doa mana yang akan diijabah. Alhamdulillah masih bisa saling mendoakan..
Alhamdulillah saya pernah isoman waktu Oktober bersama keluarga karena positif, pikirannya sih jangan di bawa stress
Yang penting iman sama imun ya bang..
Bulan lalu saya isoman juga karena suami positif. Ya, hanya suami yang positif tapi kami kontak erat. kahirnya semua ikut isoman. 14 hari ditambah sampai sekarang krn pembatasan. Total sudah 45 hari tidak keluar dari rumah. Awalnya sedih, eh malah jadi kebiasaan. ya sudah, dinikmati saja. Sehat-sehat ya, Mbak. Virus ini sungguh embuh kok.
Malah bisa meningkatkan bonding sama keluarga ya mbaa..
Semoga semua sehat-sehat yaaaa. Selamat bercengkrama bersama 🙂
Kemarin baca instagramnya nycta gina soal anaknya yang masih kecil tapi harus isoman.
Kasian tapi gimana. Jadinya walau isomn di rumah, tetep prokes jalan demi keamanan keluarga
Iyalah pasti anak-anak ngga betah banget kan kalo harus isoman,.Seneng kalo bisa main minimal di luar pager.
Allahu, miris banget baca cerita kawan-kawan yang psotif covid dan berjuang melawannya. Kasihan anak-anak sih. Pasti nggak betahan ya. Cuma gimana, demi sehat kembali.
Iya mbaa..sekarang lagi tinggi banget kan yang isoman. Karena ngga kebagian RS juga. Makanya harus tetep mematuhi protkes walaupun isoman di rumah.
[…] Jadi tahun kemarin, aku termasuk salah satu dari jutaan orang yang terinfeksi virus fenomenal ini. Menjalani isolasi mandiri selama 14 hari membuatku sempat depresi, apalagi saat itu, penderita Covid 19 masih dianggap aib, […]