“Percayalah sayang berpisah itu mudah
Tak ada kamu di hidupku aku mampu
Namun menghapuskan semua kenangan kita
Adalah hal yang paling menyulitkan untukku.”
Awalnya aku memang ngga berminat sama drama ini. Entah karena ceritanya yang udah ngga masuk akal. Jadi saat temen-temen ngebahas yaudah sih, aku anggap angin lalu aja. Sampai periode pandemi yang membawa salah seorang sahabatku berpulang. Aku memutuskan menonton film ini, yang sedikit banyak ceritanya hampir sama dengan kehidupanku? Atau bagaimana akhirnya aku bisa mengambil pelajaran darinya.
Baca Juga:
Review Film To All the Boys I’ve Loved Before dan 5 Pelajaran Hidup
Table of Contents
Sungguh Benarkah Berpisah itu Mudah?
Lagu Rizky Febian dan Mika Tambayong berkali-kali melintas dan mengingatkan ku tentang sebuah perpisahan. Bohong kalau aku bilang tanpa tangisan menonton film ini. Meskipun ngga masuk akal, agaknya aku masih punya nurani menghayati karakter tiap peran.
Bahkan episode terakhir membuatku sesak napas, hidung bumpet, dan subtitle yang tertutup air mata. Hahags lebay!
Ini adalah drama come back Kim Tae Hee setelah vakum 5 tahun dari Yong Pal 2015 silam. Inget banget sih soalnya aku juga nonton Yong Pal kala itu. Baru deh, ohh ini yah yang dulu main juga di Yong Pal. Visual Kim Tae Hee di usianya yang ke 41 tahun dan memerankan ibu berusia 30 tahunan, sungguh tak mengecewakan. Kok ngga capek nangis sih, mba? Sebagai Cha Yuri yang hidupnya penuh hujan tangis.
Ini penonton juga capek woy nangis. Euleh euleh!
Gimana sih ya, Cha Yuri meninggal kecelakaan saat sedang hamil dan menunggu detik-detik persalinan. Tapi arwahnya ngga bisa naik ke atas karena dia melihat orang-orang di sekitarnya menderita. Ia juga ingin melihat anaknya, Seo Woo tumbuh dengan baik. Jadi selama 5 tahun, Cha Yuri berada gentayangan di sekitar anaknya, keluarganya dan temannya.
Bagaimana suaminya?
Cho Gang Hwa, sepertinya memang tidak bisa melepaskan Cha Yuri. Ada sebuah tempat di hati Gang Hwa yang tak terbuka. Sebuah ruangan khusus yang menyimpan cerita tentang Yuri. Bahkan sampai menimbulkan trauma hebat dan tidak bisa mengoperasi lagi. Setiap kali masuk kamar operasi, dia selalu berakhir menggigil, bayangan kematian istrinya menyeruak dan membuatnya sesak napas.
Sedemikian cintanya Gang Hwa pada Yuri. Bahkan dia nekat bunuh diri demi menyusul Yuri. Sayangnya niatnya berhasil dipatahkan. Gang Hwa menikah dengan Oh Minjoung, dan hidup bahagia?
Baca Juga:
Perempuan Boleh Bermimpi Kok! Pesan Moral Ali & Ratu Ratu Queens
Waktu untuk Kembali. Berharap Hidup Selamanya.
Oleh Dewa, Cha Yuri diberi kesembatan hidup kembali selama 49 hari.
Apa yang harus dilakukan selama 49 hari? Apakah dia bisa hidup lagi selamanya? Atau hanya sekadar berpamitan pergi?
Seperti judulnya yang sudah bisa ditebak. Hi untuk sebuah pertemuan kembali, bye untuk sebuah kepergian kelak.
Alur ceritanya yang flash back, membuat kita memperoleh penjelasan detail tiap adegan. Bukan hanya kisah Yuri saja yang diangkat, tapi beberapa kisah sahabat arwahnya di rumah duka. Jadi bikin ngga bosen juga karena ada selingan.
Sahabat arwah ini adalah para arwah yang masih gentayangan karena memiliki penyesalan selama hidup. Ini yang bikin mereka juga belum bisa ikhlas buat naik ke atas.
Jadi kok bisa sih Yuri hidup lagi?
Ternyata karena ini adalah panjatan doa-doa ibunya. Alih-alih doa ibunya yang merelakan agar Yuri segera pergi dengan tenang namun ibunya berdoa agar bisa bertemu Yuri sekali lagi.
See? Keajaiban doa seorang ibu, lho.
“Seorang istri yang ditinggal mati suaminya disebut janda. Seorang suami yang ditinggal mati istrinya disebut duda. Seorang anak yang ditinggal ibunya disebut piatu. Anak yang ditinggal mati ayahnya disebut yatim. Tetapi tidak ada sebutan untuk ibu yang ditinggal mati anaknya. Karena tidak ada kata-kata yang bisa mewakili rasanya.”
Kisah ini sarat banget tentang kasih sayang seorang ibu. Yuri dengan ibunya, Yuri dengan Seo Woo anaknya. Bahkan Minjoung dengan Seo Woo sebagai anak tirinya. Cerita yang biasanya memaparkan kejamnya ibu tiri, justru di sini aku jadi kasihan banget sama Minjoung.
Baca Juga:
Review Buku: ORIGIN by Dan Brown
Bersyukurlah dengan ‘Hidup’ Kita Saat Ini
Memang benar yah, seseorang tidak akan merasakan sesuatu itu berharga sebelum kehilangannya. Lihat deh para arwah gentayangan yang berebut ingin dihidupkan kembali.
Selagi kita masih hidup, banyaklah bermanfaat buat orang lain. Sering-seringlah mengucapkan sayang pada orang yang kita sayangi. Luangkan banyak waktu dengan keluarga. Jangan menyakiti orang lain.
Banyak orang yang merindukan bahkan iri dengan kehidupan kita. Bersyukurlah kita masih bisa bernapas, menghirup udara pagi dan dikelilingi orang yang kita cintai.
Kita tidak pernah tahu, seberapa dekat kita dengan kematian.
Baca Juga:
Fenomena Childfree, Dipandang dari Sisi Qadha’ dan Ikhtiar
Kematian Sungguh Sangat Dekat, dan Tidak Memberi Waktu Pamitan
Beruntung juga Yuri punya kesempatan kedua untuk kembali dan berpamitan. Tapi apakah ini menyenangkan? Aku rasa tidak. Justru dengan kehadirannya, tatanan kehidupan yang sudah dibangun Gang Hwa jadi porak poranda lagi. Kehidupan semua inner circle Yuri lebih berantakan jadinya.
Cha Yuri beruntung bisa berpamitan dengan keluarga dan teman dekatnya dalam waktu 49 hari. Ada alasan yang memang membuat Yuri harus memilih, hidup selamanya atau pulang.
Kita tidak pernah mengetahui hari esok, jalani hari ini dengan sebaik-baiknya seolah-olah besok kita akan mati.
Karena Gang Hwa yang egois, dan rapuh menurutku. Atau bisa disebut ngga bisa move on? Membuat Minjoung menderita. Sosok Minjoung di sini mungkin hanya sebagai pemeran hiburan yang harus selalu meratapi nasib. Dialah kaktus terluka yang memeluk Gang Hwa dengan penuh luka.
Sosok ibu tiri yang sungguh, baiknya kebangetan.
Baca Juga:
Review ‘Hijrah Sakinah’ by Hanny Dewanti
Beberapa Random Opinion Review Hi Bye, Mama!
Seo Woo yang Jarang Ngomong
Pemeran Seo Woo yang ternyata anak cowok, juga cool abis deh. Sebenernya umurnya yang 6 tahun hampir samaan dengan anak pertamaku. Melihat daily activity Seo Woo sama Minjoung rasanya kaku banget deh asli. Saat ditanya sama dokter Seo Woo, “apakah kamu tidak pernah mengajaknya ngobrol?”
Jawabannya, “uhm, jarang. Hanya seperlunya saja.”
Kasihan banget kan Seo Woo, padahal anak seusianya butuh banget sebuah komunikasi dan reaksi timbal balik. Makanya dia tampak introvert, kurang bisa bergaul dengan teman-temannya, ngomongnya irit, dan sesekali susah berekpresi. Jarang banget menunjukkan keinginannya. Padahal anak seusianya kan lagi dalam masa-masa kritis yang sering banget tanya ini itu, kepingin begini begitu, minta apalah apalah!
Bukan hanya sekadar memenuhi kebutuhan hariannya seperti makan, mandi, dan mainan. Main barengnya juga kaya kurang ekspresif, ngga kaya pas main sama Yuri atau kakek Yuri. Eh haloo, kamu lagi main dengan anak-anak, luweslah sedikit. Berpura-puralah kekanakan dan masuk lah ke dunianya.
Tetep aja, kelihatan banget gesture Seo Woo yang sayang banget sama Minjoung.
Baca Juga:
DearTomorrow: Notes to My Future Self by Maudy Ayunda
Hubungan Cho Gang Hwa dan Minjoung Terlalu Monoton
Cho Gang Hwa dengan Oh Minjoung meskipun suami istri juga flat banget. Bahkan monoton banget!
Beda banget saat Gang Hwa dengan Yuri yang sangat luwes, kaya yang pacaran tiap hari. Bener banget kalau Minjoung bilang, “Kamu tak hentinya meminta maaf padaku, terima kasih dan bilang semua baik baik saja. Aku ingin bercerai, karena kamu terlalu baik buatku.”
Gang Hwa emang entah terlalu baik kah? Tapi c’mon tunjukkan perasaan sayangmu. Dia istrimu lho, si Minjoung. Bukan cuma teman yang menemani tidur dan mengasuh anakmu.
Minjoung juga ingin menyediakan bekal even menyediakan payung. Pura-puralah lupa kek, bawa aja payung yang diberikan Minjoung. Sedikit pertengkaran dalam rumah tangga itu asyik kok, daripada hubungan yang datar karena saling menjaga perasaan. Ngga seru!
Hal ini jadi bikin aku mikir dan bersyukur, ya ampun berarti laki gw normal yah. Seenggaknya doi masih meminta tolong padaku untuk segelas kopi, mengambilkan handuk yang kelupaan, bahkan masih menaruh barang serampangan. Gang Hwa ngga gitu, dia benar-benar bisa mengurus hidupnya sendiri tanpa cela, kecuali pojok hatinya untuk Yuri. Dan ternyata hal ini, suami yang terlalu sempurna juga ngga asyik!
Oh Minjoung, Sosok Paling Menyedihkan dan Nelangsa
Oh Minjoung sosok yang paling menyedihkan dan nelangsa. Saat semua sudah tahu Yuri hanya punya waktu 49 hari dan ada kemungkinan hidup kembali, semua mulai serakah. Gang Hwa yang ngga tahu diri mulai berpikir bahwa Yuri harus tetap hidup. Bagaimanapun caranya, meski harus menceraikan istrinya saat ini?
Sahabatnya, Hyun Jung juga memaksa Yuri untuk mengambil perannya dan menempati peran itu. Entah bagaimana, apakah mereka tak memikirkan perasaan Oh Minjoung? Benar sekali kalau Oh Minjoung hanya berperan sebagai sosok tambal butuh. Oh Minjoung yang dikenalkan dengan peran introvert, tidak diceritakan keluarganya, dan tidak memiliki teman. Kasihan banget ngga sih. Oh Minjoung yang kesepian..
Benar sekali kata Yuri, kalau Gang Hwa adalah sebuah pohon kaktus dan hanya Oh Minjoung yang memeluknya. Sehingga tanpa disadari Minjoung pun ikut terluka. Kenapa sih ngga ada yang memedulikan Minjoung, cuma Yuri aja. Itupun awalnya Yuri ingin hidup lagi selamanya. Sosok Minjoung bener-bener menceritakan bahwa ibu sambung ngga selamanya buruk seperti mindset orang-orang. Bahkan sampai Seo Woo dewasa pun, Min Joung ngga punya anak sendiri.
Seenggaknya penulis skenario, berilah sedikit tempat buat Minjoung. Kasih adegan kek di mana Gang Hwa menunjukkan sedikit perasaanya pada Minjoung. Bukan hanya Yuri yang berteriak pada semua orang kalau Gang Hwa tak bisa hidup tanpa Minjoung.
Ibu dengan Hatinya Seluas Samudera
Bagaimanapun hati ibu tetap seluas samudera. Sampai kita dewasa pun, kita akan menjadi anak-anak selamanya bagi ibu kita. Inget temenku yang udah 32 tahun pun masih dibuatin segelas dancow panas setiap pagi sama mamanya. Bagaimana ibu Yuri yang menyimpan rumput laut untuk Yuri setelah melahirkan. Bagaimana ibunya datang dan berdoa setiap hari agar dipertemukan sekali lagi.
Adegan pertama kali Yuri bertemu ibunya kemudian berpelukan, sungguh mengharu biru. Memang film ini ngga masuk akal dari awalnya. Tapi tetap saja bisa membuat trenyuh setengah mati! Ibu Yuri yang menutup hatinya, dan memendam rapat-rapat kerinduan itu seorang diri. Seorang ibu yang ditinggal pergi dulu oleh anaknya. Melahirkan anaknya kemudian menguburkan anaknya lebih dulu.
Kepergian Yuri
Yuri yang pergi entah ke mana. Ngeganjel banget deh sesi perpisahan dengan dukun Mi-Dong. Yuri mau jalan ke mana sih itu? Tiba-tiba naik ke kahyangan? Kirain dia bakal ditarik tongkat Bu Mi-Dong kaya biasanya yang bisa mengirim ke atas. Enak juga sih ya kita jadi tahu, kapan waktu terakhir kita. Jadi bisa bikin to do list sebelum berangkat berpisah. Seperti itukah esensinya? Sayangnya kematian begitu dekat dan tak memberi kita aba-aba. Makanya kita perlu menyiapkan bekal sebelum berpulang.
Kalau semua bakal tahu mati kapan, ya kita santuy aja dong. Ngga ada yang namanya berpasrah dan berserah. Semua akan berpisah dengan kedamaian tanpa penyesalan. Dan membuat berpisah itu lebih mudah?
Sedikit Cerita Tentang Seorang Sahabat yang Pergi
Aku tuh ngga pernah ditinggal sahabat, selama ini belum pernah ada sahabat berpulang, sampai pada suatu ketika, sahabatku pergi. Dia juga sedang hamil, dia pergi karena Covid setelah berjuang beberapa hari di ICU. Awalnya aku biasa saja sampai suaminya menelponku, dengan isak pilunya yang menyayat hati. Tak pernah aku mendengar kesedihan seperti itu, kesedihan yang begitu dalam karena ditinggal belahan jiwanya.
Pecah tangisku, sampai benar-benar menggigil. Apakah ini nyata? Apakah dia benar pergi? Ini bohong kan? Dia cuma tidur? Kami baru aja keluar bareng lho. Itu orang lain kan?
Masa denial itu benar-benar nyata. Sampai aku melihat pusaranya. Seperti Hyun Jung saat ditinggal Yuri. Secepat ini kah kami berpisah? Sungguh engkau wanita mulia karena Allah memilihmu berpulang dengan sebaik-baiknya kondisi, sedang mengandung dan sebab wabah.
Bagaimana keluarganya? Bagaimana suaminya? Anak-anaknya?
Semua seperti tiba-tiba terjadi begitu saja.
Benarkah berpisah itu mudah?
Nyatanya kita tak pernah bisa berpura-pura semua akan baik-baik saja. Memang ada sebuah tempat di hati kita yang tak akan terus menganga dengan semua kenangan bersama mereka yang pergi. Tidak akan pernah bisa hilang sama sekali selamanya.
Jadi ingat kata-kata Gang Hwa saat Yuri bertanya, “apa yang kau sesali setelah aku tidak ada?”
Gang Hwa menjawab, “aku tak bisa menua bersamamu. Aku ingin kita menyaksikan Seo Woo berjalan, sekolah, kuliah, menikah, dan punya anak. Aku ingin berdua dan menua bersamamu Cha Yuri.”
Aku langsung kembali pada perbincangan bersama suami suatu waktu.
“Nanti kalau anak-anak sudah gede. Saat mereka kuliah kemudian kerja, kemudian menikah. Mereka akan keluar dari rumah ini. Jadi kita akan kembali berdua seperti sebelum memiliki mereka. Kita akan menua bersama. Anak-anak cuma titipan. Tapi kau akan bersamaku,menua bersamaku. Setiap pagi memandagmu di sampingku. Berdua saja.”
Ah, nyess banget membayangkannya. Apakah kami berdua bisa sampai pada waktu itu kelak? Apakah kami berdua bisa bertahan, atau malah salah satu dari kami akan berpulang duluan?
Entahlah. Aku tak berani menerka atau membayangkan. Jalani saja hidup hari ini dengan sebaik-baiknya. Banyaklah bersyukur dengan apa yang sudah dimiliki. Jalankan peran dengan sebaik-baiknya. Agar tak ada penyesalan saat waktu berpisah telah tiba. Karena sesungguhnya berpisah itu tak pernah mudah.
Malang, 15 September 2021
17 Komentar. Leave new
Jadi ikutan terenyuh, baca artikelnya sambil berkaca2 nih..
Ya Allah
Duuhh ngga mentolo nek eleng adike Eyooooo T__T
Duh, kayaknya aku bakal mewek liat pilem-pilem kek gini. Huhu.. Dan bisa2 kepikiran terus ampe gemes sendiri haha
Siapkan tisuuu satu karung!
Banyak banget pesan yg bisa diambil dari film ini yaa, bukan hanya soal pasangan tapi juga orang tua bahkan anak.
Benar, lakukan apapun dengan sebaik baiknya, semampunya, agar tidak ada yg disia-siakan.
Bener mba, selagi masih ada waktu. Kita harus melakukan semua sebaik-baiknya agar tidak meninggalkan penyesalan.
baca ini aja kerasa banget kalo filmnya bikin mewek berkepanjangan..
Heem banget dehh
Kira-kira saya bakalan nangis juga nggak ya kalo liat film ini. Secara saya senang banget nonton film horror, hehehe. Ditinggal seorang sahabat memang sangat menyedihkan ya Mba. Saya juga pernah mengalaminya. Ia meninggal karena covid juga. Sahabat dari SMK udah 20 tahunan kenal.
Very nice review. Cukup baca ulasannya saja di artikel super duper keren ini. Jadi saya nggak perlu nonton filmnya lagi deh, hahahahaha…
Iya makanya, kaya yang baru ketemu terus berpisah tapi selamanyaaa. Sedih banget.
Auuuww makasih ko, kalo cow mah ga demen biasanya yang termehek mehek gini. Buang waktu dan tenaga hahaha
Jalani saja hidup saat ini dengan sebaik-baiknya, karena memang kita tidak ada yang tahu kapan waktu perpisahan akan tiba. Bikin nyess, tapi memang jadi reminder ya kak..
Iyaaa, self reminder banget mba Fen
Berpisah itu mudah? Oh, tidak! Nggak ada perpisahan yang mudah, bagiku. Apalagi karena kematian :'( Aku mengalaminya 4,5 tahun lalu. Bukan nggak ikhlas kalau sampai hari ini masih kerap terkenang dia dan semua kebaikannya.
Tuh kan bener mbaaa, pasti ada sebagian ruang di hati yang terus menganga yah. Ada kenangan yang mau dipaksa seperti apapun tetep ngga busa dilupakan..
Nah, kalau hi bye mama aku belum ada nonton. Ntah kenapa belum kuat mentalnya nonton yang begini hahaha
Harus siap tisu sekarung hehe