Beberapa hari yang lalu saya mengikuti sebuah kulwap “Serba Serbi Home Education” yang digawangi oleh bunda Dian Kusumawardani. Beliau adalah seorang praktisi home educator, penulis, dan konselor laktasi. Ohya, Buku “Ibuku adalah Sekolah Terbaikku” merupakan salah satu karya Bunda Dian yang banyak membahas tentang Home Education loh. Oke langsung masuk materi aja ya. Jadi apasih bedanya Home Education sama Home Schooling?

Table of Contents
Apa itu Home Education?
HE merupakan pendidikan berbasis rumah yang merupakan tanggung jawab tiap orang tua. Prosesnya adalah inside out bukan outside in. Inside out itu lebih menegaskan bahwa setiap anak sudah terinstal fitrahnya. Setiap anak memiliki potensi fitrah dalam dirinya. Jadi kita nggak perlu outside in (menjejalkan dari luar). Kita hanya perlu mendampingi mereka mengembangkan fitrah terbaik mereka. Misalnya anak kecil sudah terinstal fitrah keimanannya bangun subuh, kita kadang sebagai orang tua merasa kasihan eh dikelonin lagi. Jadinya pas gede susah dibangunin subuhan. Hehe. Oleh karenanya rumah sebagai miniatur peradaban adalah kunci utama.
Mengapa harus Home Education?
- No one responsible except us
HE adalah tanggung jawab orang tua. Anak adalah amanah buat kita loh. Jadi peran kita sebagai orang tua sebenarnya tidak bisa digantikan. Siapa sih yang lebih ikhlas mengajari anak-anak selain orang tua mereka sendiri? Hayoo lohh..
- It takes a village to raise a children
Bukan hanya peran seorang ibu saja untuk membentuk seorang anak. Ayahnya, neneknya, kakeknya bahkan orang di sekitar komunitas tersebut turut andil. Pernah ngga, tiba-tiba anak pulang main atau pulang sekolah bawa kosa kata baru niru temen mainnya?
- Helping children with their own potency
Kita harus membantu anak berkembang sesuai potensinya masing-masing. Setiap anak memiliki keunikan yang berbeda. Mereka spesial, dan rumah adalah tempat terbaik menemukan fitrah tersebut.
- Miniatur peradaban
Dari dalam rumah, fitrah tersebut akan bertumbuh. Maka dampingilah mereka dari dalam rumah. Kunci pendidikan sebenarnya 80% itu ada di rumah, bukan di sekolah.
Baca Juga : Orang Tua Seperti Anak Kecil, Bagaimana Menghadapinya?
Hambatan Home Education
- Komitmen dan konsistensi yang teruji
Balik lagi ke masing-masing orang tua. Siap nggak nih? Tanyakan diri sendiri sudah punya berapa stok sabar dalam mendampingi dan membersamai anak? Karena kita harus selalu on track menjalankan peran sebagai fasilitator. Saat pandemi dan anak sedang masa SFH (School From Home) emang benar waktu buat kita untuk bermuhasabah. Apakah selama ini kita hanya pasrah saja menitipkan anak ke sekolah?
- Manajemen waktu
Lagi-lagi tanyakan pada diri sendiri, apakah kita bisa mematuhi jadwal yang telah kita buat? Konsisten itu berat brosis 😀
- Belum ada standar tolok ukur keberhasilan
Ini salah satu faktor yang bikin gamang, baper, galau, apakah yang kita lakukan ini sudah sesusai belum? Sebenarnya tolok ukurnya adalah dari masing-masing anak sendiri. Karena setiap anak unik dan berbeda, apakah kita sudah mampu mengembangkan sisi unik mereka?
Baca Juga: Pentingnya Ibu Rumah Tangga Mengenal Literasi Digital
Manfaat Home Education
- HE mampu mengoptimalkan sisi unik
Melalui HE kita sebenarnya dapat memaksimalkan potensi anak.
- Belajar bersama menjadi momen tak terlupakan
Sebenarnya seru lho bisa bermain bareng anak. Mau tidak mau kita harus lebih banyak belajar lagi. Kita harus menyiapkan jawaban-jawaban tentang kemungkinan apa saja yang akan ditanyakan anak. Masa ntar udah gede yang diinget guru-guru killer, guru A, guru B di sekolahan mulu. Emak mana nih suaranya? (*tabokan buat saya)
3. Terciptanya bonding yang kuat antara anggota keluarga
Bonding ini yang paling penting. Perkuat bonding menggunakan bahasa ibu. Wujud terciptanya sebuah visi keluarga. Jadi memperlihatkan bahwa orang tua memiliki fungsi sebagai miniatur peradaban. Sulit menciptakan bonding kalau kita tidak terlibat. Coba diingat-ingat, berapa kali kita membersamai anak tapi tidak menggunakan hati? Raga mendampingi tapi pikiran tak membersamai. Mereka disamping kita, tapi kita sibuk bermain gawai, nonton TV, baca buku, sampai anak memanggil, buu..ma..bun..kitanya hah apa???
Gima cara memulai Home Education?
- Tazkiyanantunnafs
Memperbaiki diri, menanamkan nilai-nilai ibadah, sehingga menjadikan jiwa bugar dan membantu merespon anak dengan cepat.
- Mu’ahadah : mengingat maksud penciptaan, janji pernikahan
- Muroqabah : memperbanyak mendekat pada Allah
- Muhasabah : evaluasi dan perbaikan
- Mujahadah : menjalankan
- Mu’aqobah : menerapkan ukuran dan menerima konsekuensi
2. Diskusi rutin
Melakukan diskusi rutin bersama pasangan (sesuai visi dan misi keluarga). Menyiapkan mental dan kesepakatan berdua bahwa siap HE. Kedua orang tua juga harus melepaskan inner child, saling menerima kekuatan dan kelemahan. Kemudian saling memaafkan dan mengoptimalkan potensi diri.
- Belajar bersama
Belajar bersama ini adalah antara anak dan orang tua, menguatkan nilai HE dalam keluarga. Inside out bukan outside in, kita hanya fasilitator yang mendampingi menumbuhkan fitrahnya. Perbanyak silaturahim, datang ke majelis ilmu, membaca referensi HE dan yang paling penting berlandaskan Quran dan hadits. Tetap rileks, optimis, semangat dan istiqamah.
Fokus pada Cahayanya
Anak adalah amanah, mereka terlahir dengan fitrahnya masing-masing. Fokus pada kelebihan dan siasati kelemahannya, perbanyak aktivitas sesuai fitrahnya. Misalnya dengan membuat kurikulum sederhana dan membuat tabel sifat unik anak.
Baca Juga: Peran Ibunda Imam Syafi’i dalam Pendidikan Anak
Terus Bedanya sama Home Schooling Apa?
HE merupakan tanggung jawab orang tua untuk memberikan pendidikan di rumah. Jadi HE harus tetap diterapkan setiap orang tua meskipun anaknya Home Schooling, ataupun sekolah formal. Orang tua juga harus memiliki kurikulum sesuai visi dan keunikan setiap anaknya di rumah. Dalam melaksanakan HE pastinya antara orang tua dan anak harus sama-sama bahagia menjalankannya. Sama-sama fokus pada impian biar konsisten. Konsisten HE disesuaikan dengan kesepakatan setiap pihak yang terlibat. Fokus pada impian akan membuat kita tetap semangat dan konsisten.
Baca Juga: Cara Asyik Mengenalkan Corona Pada Anak
Nah, jadi nih mau anak HS, mau anak sekolah kek, kita sebagai orang tua tetep harus Home Education di rumah ya..

Selamat bersenang-senang bersama anak 🙂