Kadang kita tidak menyadari kalau kita bisa memetik hikmah di mana saja. Kita bisa mengambil pelajaran dari banyak buku yang kita baca, film yang kita tonton bahkan berbagai nasehat dari orang-orang yang lebih berpengalaman. Ngomongin soal film, kadang bukan hanya film yang menjadi best movie, ditonton jutaan orang, menang berbagai award dan nominasi saja yang memiliki banyak hikmah. Dari film anak-anak yang ditonton secara nggak sengaja pun terkadang kita bisa belajar banyak hal. Misalnya dari film Maruko-chan ini, kita bisa belajar pendidikan karakter.
Cerita yang kesannya sepele tetapi kalau kita peka dan sedang benar-benar belajar tentang pesan moralnya, maka kita akan merasa kerdil. Mau tahu kisahnya? Ahaaa. Saya akan berkisah tentang sebuah film kartun hits Jepang, Chibi Maruko-chan. Coba tanya, siapa yang ngga kenal Maruko? Jangan taunya Doraemon doang ahh. Sekarang acara ini lagi disiarkan di RTV. Terus ceritanya apaan?
Baca Juga: Orang Tua Seperti Anak Kecil, Bagaimana Menghadapinya?
Ceritanya gini, saat itu si Maruko lagi pulang sekolah dengan terburu-buru karena nggak ingin ketinggalan nonton acara TV kesukaannya. Nah, pas di tengah perjalan pulang si Maruko ini nemu duit 10 Yen tergeletak di jalan. Yah namanya anak-anak ya, dia mengambil uang tersebut, mengantonginya dan lari membawa pulang karena takut ketinggalan acara TV. Sampai di rumah, Maruko menyalakan TV sambil mager. Setelah acara selesai dia pun ingat dengan duit yang nemu di jalan tadi, kemudian lapor ke ibunya,
“Bu, aku tadi pas pulang sekolah nemu uang 10 Yen di jalan.” Maruko menunjukkan uang tersebut ke ibunya.
“Beneran kamu nemu uang di jalan? Kenapa kamu membawanya pulang? Seharusnya kamu menitipkan uang tersebut pada polisi. Uang itu bukan hakmu, Maruko!”
Ibu malah marah-marah, dan membuat Maruko kaget.
“Ya Bu, tapi aku tadi lagi buru-buru. Aku tidak sempat mampir ke pos polisi, Bu.”
“Meskipun kamu buru-buru, tapi uang itu bukan hakmu. Kok malah dibawa pulang. Kembalikan sekarang, Maruko!”
“Ah, cuma 10 Yen kok Bu.” Maruko memasang wajah melas.
“Astaga Maruko, sudah berapa kali Ibu bilang. Itu bukan hakmu meskipun hanya 10 Yen.” Nampaknya ibu semakin marah karena Maruko berdalih. “Sekarang kamu bawa uang itu ke pos polisi.”
“Tapi Bu…”
“Tidak ada tapi-tapian Maruko. Pergi sekarang Maruko.”
“Iya Bu.” Jawab Maruko dengan wajah pucat.
Tapi ndilalah kok malah hujan deras saat Maruko akan pergi ke luar rumah. Ibu Maruko tetap tidak mau tahu dan berupaya agar Maruko mau berjanji besok tetap mampir ke pos polisi untuk mengembalikan uang tersebut.
Baca Juga : Apa Bedanya Home Education sama Home Schooling?
Sebagai negara maju yang berperan dalam berbagai bidang penting di dunia, Jepang memiliki banyak hal yang cukup terkenal. Siapa yang tidak mengetahui kebudayaan Jepang? Tidak hanya tradisi leluhurnya yang banyak diangkat menjadi manga atau anime, karakter penduduknya juga begitu menonjol. Betapa seriusnya Jepang terhadap Pendidikan Karakter.
Tidak usah ditanyakan bagaimana orang Jepang sangat tertib dalam antrean, atau betapa tabunya membuang sampah sembarangan di mata masyarakatnya. Di Jepang, pengunjung restoran terbiasa membawa sampahnya masing-masing ke tempat yang disediakan. Lebih tepatnya, mereka diajarkan untuk menjadi manusia yang “menguntungkan” bagi masyarakat. Atau, sebisa mungkin tidak merugikan orang lain.
Karena itulah, pendidikan karakter sekolah dasar telah mengajarkan bagaimana cara berinteraksi, mengenal emosi orang lain, menekan egosentris, kerja sama bahu membahu, disiplin, dan tertib. Melalui serangkaian pendidikan karakter tersebut, murid sekolah dasae diharapkan tumbuh menjadi manusia dengan karakter yang bagus dan kuat. Sehingga mereka siapnmenjadi bagian dari masyarakat yang tangguh.
Eh, kalian pernah baca cerita ada seorang yang traveling ke Jepang dan ternyata kameranya ketinggalan di stasiun? Dia sedih karena kehilangan kamera tersebut dan berpikir bahwa kamera tersebut pasti akan hilang. Tapi dia mencoba kembali datang ke stasiun dan iseng tanya ke petugas stasiun. Wah ternyata, kamera tersebut masih ada dong. Karena ada seorang warga yang menitipkan kamera tersebut ke petugas. Lha di sini, apa kabar? Sandal di masjid aja bisa ilang. Alamaaak.
Terus kalian pernah denger ngga, total keterlambatan jadwal kereta di seluruh stasiun Jepang hanya 11 menit dalam setahun. Gilaak ngga tuh, Ndro. Jika kereta datang terlambat, pihak KAI-nya Jepang akan memberi surat pernyataan pada seluruh penumpang. Surat itu berisi pemberitahuan bahwa memang keterlambatan ini merupakan tanggung jawab pihak kereta. Surat itu nanti bakal diberikan kepada bos di perusahaan masing-masing penumpang.
Orang Jepang menjadi terkenal dengan etos kerja mereka yang tinggi, disiplin dan ketertiban yang ketat, serta kreativitas yang tanpa batas. Metode pendidikan karakter pada usia dini mungkin terdengar rumit. Aspek tersebut bahkan belum menjadi kurikulum di sekolah-sekolah dasar di Indonesia. Akan tetapi, pendidikan tersebut seharusnya mulai diterapkan minimal sejak dini dari lingkungan keluarga. Jadi, para orang tua tidak boleh lupa untuk menanamkan kecerdasan mental pada anak, tidak hanya fokus pada kecerdasan intelektual saja.
Hal yang bertolak belakang dengan apa yang kita lihat di Indonesia, penyampaian pelajaran moral di sekolah lebih banyak hanya berupa doktrin, sebatas ritual dan hafalan belaka tanpa diikuti penjelasan makna mengapa semua itu harus dilakukan. Padahal, yang lebih penting adalah menanamkan pemahaman dan kesadaran pada anak mengapa suatu hal harus dan tidak boleh dilakukan.
Yaudah, yuk belajar ke Jepang bareng-bareng. Setelah pandemi. Hihii.
13 Komentar. Leave new
Marukooooo..!! kartun paporit aku dan anakku ini mah, hihi.. cerita-cerita Maruko yang memang related ya sama kehidupan sehari-hari. keluarga yang unik, lucu dan bahkan konyol, hihi.. Tapi banyak ngasih contoh yang baik sih. Terutama tingkah Maruko dan teman-temannya.
Satu hal lagi, Jepang itu memang keren sih ya, coba kalo di negara +62, dalam setahun itu entah udah berapa kali KA dateng telat dan nggak bisa diprediksi keterlambatannya, eh 😀
Sekarang tontonan anak-anak udah ngga kek jaman kita dulu ya mba hihi. Sebenrnya banyak juga kartun jepang maupun indo yang bagus dan banyak pesan moral.
Kalo ngomongin Jepang mah ngga akan ada habisnya. Yang ada cuma wahhhh mulu hihi.
Aku jadi ingat pernah pulang kantor naik bajaj mampir bioskop, ternyata kotak bekal dan botol/termos minumku ketinggalan di tas kain dalam bajaj. Tadinya udah pasrah, walaupun kebayang juga karena itu wadah favorit yang belinya pun nabung dulu, tapi dua hari kemudian nyoba nanya sama satpam penjaga gerbang, siapa tahu ada pengemudi bajaj yang nitip, dan ternyata alhamdulillah ada lho. Pak bajaj-nya baik banget.
Masya Allah, hal sedrhana yang bikin terharu deh ya. Emang ternyata masih banyak kok orang baik, yang masih amanah dan tanggung jawab terhadap hak orang lain.
Semoga kita djauhkan dari orang ga baik ya kak..
Ini kartun favoritku, banyak banget pelajaran dari kartun ini. Apalagi karakter Maruko polos khas anak
SAmaaa. lagunya juga fav banget..
Kartun jaman dulu ini hehe…
Bener ya sekolah tuh bantu anak belajar jadi makhluk sosial. Karna bertemu banyak orang, berinteraksi gitu
Yup tul banget deh
Aduh kak, jadi banyak malunya kalau dibandingkan sama penduduk Jepang. Saya sering janjian sama temen jam 10.00, baru berangkat ya jam 10.00 huhu. Emang bener sih, pendidikan karakter itu penting banget dan kudu dibangun sejak dini, biar disiplin dan etos kerja tinggi sampe tua. Thanks sharingnya ya kak, jadi nyadarin diri aku banget untuk jadi lebih bertanggung jawab kayak Maruko yg pucet dimarahi Ibuknya
Sama-sama masih belajar kak, semoga nanti bisa ke Jepang bareng ya buat belajar langsung pendidikan karakter di TKP!
wah bener juga ya, aku malah jarang banget nonton film kartun sambil menghayati. paling-paling cuma ganti channel terus disambi kerjaan lain deh. kadang juga nemu kalam hikmah tak sengaja lewat dialog tokoh dalam sinetron. hihi
Ternyata banyak juga hikmah dibalik cerita anak-anak ya..