Awalnya aku membaca Rahasia Salinem ini karena Mas Wis (panggilan Wisnu Suryaning Adji) dan Mas Ega (Brilliant Yotenaga) mau mengadakan acara Book Tour ke Malang. Dan kerennya lagi, tim beliau dari Bentang Pustaka akan menggandeng Payung Literasi Malang buat meramaikan event ini.
Lahh, masa iya kami sebagai penyelenggara belum baca bukunya kan?
Malu ntar kalau bedah buku cuma plonga-plongo hehehe.
Menurutku bukunya lumayan tebal deh, sekitar 400-an halaman. Haduh, cukup ngga ya seminggu?
Yap! Ternyata aku berhasil menyelesaikannya. Sungguh terharu. Ya karena sebagus itu. Dan acara Payung Literasi X Bentang Pustaka pun berlangsung sukses! Alhamdulillah.
Table of Contents
Review Rahasia Salinem
“Memasak memang tentang takaran. Mungkin, hidup begitu juga. Kalau pas, bisa mencerahkan..”
Judul Buku: Rahasia Salinem
Penulis: Wisnu Suryaning Adji & Brilliant Yotenaga
Penyunting: Dhewiberta Hardjono
Penerbit: Bentang Pustaka
Jumlah halaman: 413
Cetakan: Cetakan pertama, Mei 2024
Nomor ISBN: 978-623-186-354-6
Genre: Fiksi
Membaca Fakta yang Difiksikan
Sebenarnya ngga mudah memberi ulasan buku ini, bcz Rahasia Salinem is just too good to write about. Tapi entah kenapa terlalu sayang juga kalau ngga dituliskan. Buku ini menceritakan tiga generasi, yang justru dimulai setelah kematian Salinem.
Emang lho alurnya maju mundur, mulai dari kematian Mbah Nem, hingga bab berikutnya menceritakan awal mula Sarinem kecil dilahirkan.
Benar kalau tulisan fiksi itu lahir dari khayalan dan imajinasi penulisnya, namun juga ada yang lahir dari kisah nyata. Begitu juga Rahasia Salinem yang lahir atas racikan kedua penulis yang sungguh apik.
Mas Ega memberikan cerita nyata dari keluarganya sendiri sedangkan Mas Wis meramu dengan racikan fiksi yang bikin imajinasi pembacanya berkelana liar. Sungguh duet maut yang punya daya tarik magis sih.
Siapa yang ngga mau baca sampai kelar coba, kalau kamu dibikin penasaran sama penacarian bumbu pecel khas Mbah Nem dan perjalanan hidupnya yang kelam?
Baca Juga: Menilik Jejak Ilmu Pengetahuan dalam Enigma Pusaka di Kepulauan Indonesia
Pesan-Pesan yang Sarat Makna
“Sukses terjadi karena kebetulan. Kerja keras cuma alat pertahanan agar kalau nasib baik kebetulan datang, orang belum mati lebih dulu. Dalam hidup, apa yang bukan pertaruhan?
Tapi, nasib siapa yang tahu? Sia-sia juga hidup seimbang kalau besoknya mati ketabrak truk. Nasib buruk juga bisa datang, hidup seimbang bukan untuk umur panjang. Tapi, biar hidup~ waktu singkat~ tak terlalu menderita.”
Cerita ini memang dituliskan dalam dua sudut pandang. Satu dari tokok utama, Mbah Nem sendiri di alur mundurnya. Dan Tyo, sang cucu, di masa sekarang. Tapi ngga bikin aku bingung sih, karena emang pergantian alur ini beda bab, kemudian juga ada keterangan waktu dan tahun juga.
Banyak sekali pesan yang dititipkan Mbah Nem melalui Tyo dan seluruh keluarga besarnya. Dan memang, lagi-lagi hanya kematian yang bisa menyatukan ikatan yang berserak..
Kisahnya berawal dari meninggalnya Mbah Nem, diadakan rapat keluarga besar bangsawan dan ternyata Si Mbah ngga masuk dalam silsilah keluarga. Tyo bingung, semua cucu pun!
Ternyata yang mereka anggap Mbah selama ini bukan Mbah sebenarnya. Mbah Nem hanyalah abdi dalem yang punya ikatan keluarga. Berkat Mbah Nem dalam kemelut revolusi, satu resep bumbu pecel bisa menyelamatkan sebuah keluarga di Surakarta.
Namun, tentu saja resep tersebut juga ikut terbenam bersama kematian peramunya, Mbah Nem. Padahal, sekali lagi Tyo membutuhkan resep tersebut untuk meyelamatkan sejarah keluarganya.
Dalam perjalanan menemukan resep pecel Mbah Nem, terbukalah tabir-tabir penuh misteri perjalanan hidup Salinem. Sebuah resep yang menyimpan cerita tentang cinta dan kesetiaan, ketabahan dan pengorbanan – seorang abdi dalem keluarga bangsawan.
Salinem adalah saksi gejolak politik, perang, perlwawanan, dan penderitaan yang melindas siapa saja di jaman itu.
Cinta, Kesetiaan, dan Pengorbanan
“Saya takut berharap terlalu tinggi, Gusti. Buntut-buntutnya kecewa,” kata Salinem.
“Setiap harapan membawa kemungkinan kekecewaan, Nem. Tapi, kalau tidak punya harapan, kita punya apa lagi?” desis Kartinah.
Kehilangan Giyo saja sudah membuat Salinem menjadi hampir gila. Bagaimanapun setiap orang punya masa berduka berbeda-beda. Entah kapan sembuhnya, atau mungkin tak akan pernah sembuh.
Dan Salinem kembali takut kehilangan Parjo kalau meng-iyakan ajakan menikahnya.
Aku ikut deg-degan apakah Mbah Nem dan Mbah Parjo akhirnya disatukan oleh takdir setelah masa perang? Mungkin mereka bertemu lagi, tapi takdir berkata lain.
“Aku juga mencintaimu, Mas. Tapi, aku harus bersama anak-anak ini,” desis Salinem. “Jangan bikin aku memilih, Mas. Atau, kita memang tak seharusnya menikah.”
Saat membaca ini, rasanya perasaanku ikutan sedih yang beneran sedih. Owalah Nem, nelangsa banget jadi kamuuuu. Tentu saja Salinem menjelma menjadi Adipati Karna. Senjata terakhirnya meluncur. Menghujam tepat ke jantung.
Salinem sepakat, hidup bisa tak berubah, tapi mengubah cara pandang bisa bikin perubahan besar. Tiada cara lain yang lebih mujarab untuk menghadapi kesulitan, kecuali menghadapinya – bertatapan satu lawan satu. Apapun yang hidup sajikan di meja harus dimakan.
Jalani saja.
Boleh mengeluh karena hidup memang berat, tapi tak perlu mengasihani diri sendiri sampai meras atak berdaya sama sekali.
Cuma satu cara menghadapi nasib buruk: melawan sebisa-bisanya melawan sampai tak bisa lagi melawan.
Bongkar Rahasia Salinem
Mungkin pembaca juga akan menebak, kalau pada akhirnya resep bumbu pecel itu akan ditemukan. Ya, akhirnya memang akan ditemukan.
Namun bagiku, Salinem punya banyak misteri yang tak pernah terungkapkan. Apa yang kita ketahui, apa yang Tyo dan keluarganya temukan, hanyalah rahasia yang terbongkar sebagian saja.
Mungkin, apa yang benar-benar disimpan Salinem akhirnya terkubur bersama kematian.
8 Komentar. Leave new
Bagus Mbak ulasanmu,aku jadi tertarik baca bukunya,sukses selalu untukmu Mbak
Waduuhhh jadi sungkan nih, dikomen suhu. Matur nuwun, buruan bacaaaa!
Waduh jadi Salinem ini siapa? Terus rahasia apa saja yang disimpannya. Apakah semua akan terkuak atau akan dibawa bersama kuburnya…penasaran saya
Dari reviewnya saja, sarat makna ini bukunya..banyak pesan dan filosofi kehidupan
Tuh kaann, jadi kepo kan???
alur maju mundur itu biasanya detail ya Mbak, apalagi ini dari judulnya aja rahasia.
syukurlah ya endingnya terjawab juga rahasianya meski harus melewati alur maju mundur.
Hooh, tetep enak dibaca kok mba. Dan ngga bingung juga hehe
molly belum baca novelnya. otw lihat di gratal, udah ada belum versi ebooknya biar bisa sambil bobo bacanya. hihiii
Wah seru banget ikutan acara book tour seperti ini
Bisa seru seruan bareng bahas buku yang menarik bersama teman satu frekuensi ya mbak
Bagus cerita bukunya