Review How to Make Millions Before Grandma Dies (2024)

Review How to Make Millions Before Grandma Dies

“Tahukah kamu apa yang paling diinginkan orang tua tapi tak bisa dipenuhi keturunan mereka? Waktu,”

(Mui, How to Make Millions Before Grandma Dies)

Baca judulnya aja udah kebayang kan kalau film ini akan berakhir seperti apa. Aku ngga ekspektasi bakal banjir air mata juga. Cuma lihat dikit spoilernya aja di Tiktok udah langsung klik. Kayanya aku wajib nonton deh.

Cerita berlatar keluarga pasti bikin banjir bandang. Dan ngga mau nunggu lama, karena tahu kalau film gini bakal cepet turun layar.

Apalagi temanya relate banget dengan background keluarga Indonesia yang hobinya rebutan warisan. Ya kan?

Warisan Menghancurkan Keluarga

Warisan Menghancurkan Keluarga

Menurutku statement ini ngga berlebihan sih, karena selain benar adanya aku juga melihatnya di lingkup keluargaku sendiri. Warisan emang bisa menghancurkan keluarga.

Kalau ada yang bilang blood is thicker than water, mungkin ia pun bisa memudar kalau urusannya sama lembar demi lembar cuan.

Kalau kamu bilang ide cerita yang berangkat dari sini terlalu klise, masalahnya inilah wajah yang dihadapi di negeri gajah putih maupun di negeri kita sendiri. Terlalu dekat sedekat nadi.

Debut penyutradaraan layar lebar Pat Boonnitipat emang ngga mengangkat cerita yang muluk-muluk. Namun tetap menjadi tearjerker untuk membanjiri pipi kamu di akhir cerita.

Menit awal dibuka dengan sebuah keluarga yang tengah berziarah di makam leluhur, tak sulit buat menebak adegan seperti apa yang akan menutup ending filmnya.

Film ini menyoroti Amah (Usha Seamkhum), nenek berusia tujuh puluh Sembilan tahun yang divonis kanker usus besar stadium akhir dan hidupnya ngga akan lama.

Situasi ini pun dimanfaatkan siapa saja, anak-anaknya hingga cucunya M (Putthipong ‘Billkin’ Assaratanakul) untuk merawatnya demi kesempatan dapetin warisan.

Sepupu M, Mui (Tontawan Tantivejakul) akhirnya mendapatkan warisan setela merawat Agong, kakeknya hingga akhir hayat. M yang gagal sebagai streamer pun memanfaatkan celah ini untuk mendapatkan keberuntungan yang sama.

Potret Masa Senja Seorang Diri

Potret Masa Senja Seorang Diri

Usia Seamkhum jelas tak lagi muda saat melakoni debut di film ini. Namun setiap tatapannya bener-bener mengingatkanku pada ‘ibuk’ (nenekku dari pihak bapakku). Alurnya yang agak lambat di awal mungkin malah membangun chemistry yang solid antara Amah dan M.

Aku sendiri kalau lihat nenekku atau siapapun yang tinggal sendirian menghabiskan ujung usia mereka kerap berpikir, “gimana aku nanti ya?”

Ada beberapa orang tua yang ngga mau tinggal sama anak mereka, karena lebih nyaman tinggal di rumah sendiri beserta semua kenangannya. Yah, mereka bener-bener sendiri dan mengurus dirinya sendiri.

Kalau yangtiku (nenek dari pihak mama) malah takut tinggal sendirian dan tinggal bergantian di rumah anak-anaknya.

Kalau mereka sendiri, bukankah sesungguhnya mereka kesepian?

Mungkin emang liburan atau mudik lebaran adalah momen paling ditunggu para orang tua untuk memeluk anak-anak mereka dan cucu-cucu kesayangan.

Kaya Amah nih yang nungguin anak-anak mereka datang di hari Minggu, bahkan Amah sampai masak, berdandan, dan pengen main kartu bareng. Sesederhana itu.

Tapi apa jawabannya?

“Aku ngga bisa, mau nganter Rainbow les bahasa Inggris.”

“Aku ngga bisa datang, bla blaa..”

Jadi kalau kamu mau dapetin spill gambaran masa tua bakal kaya apa, mending mulai menanam hal baik dari sekarang. Karena emang apa yang kamu tanam akan kamu petik nanti. Itu kata bukmerku sih, tapi iya beneran.

Gimana orang tua kamu, atau bahkan kamu sendiri pas tua bakal gimana saat (mungkin) udah ditinggal pasangan lebih dulu, anak-anak udah pindah rumah dan punya keluarganya sendiri. Kamu harus memutuskan akan tinggal di mana dan bersama siapa?

Aku sendiri belum berani spekulasi dengan what if..

Pokoknya buat yang orang tuanya masih ada, seize your day with em. Sesibuk apapun, sempatkan mengobrol, sempatkan datang sepenuh hati dan raga. Bukan hanya raga yang datang, namun luangkan hatimu untuk menemani.

Kamu ngga akan pernah tahu kan, berapa lama lagi mereka menunggumu.

Baca Juga: Review Eksil (2024), Menggali Luka Para Diaspora Penyintas 1965

Nomor Satu di Hati Amah

Nomor Satu di Hati Amah

Sempet jadi perdebatan antara aku dan suami pas ngebahas, siapa sebenarnya yang menempati urutan teratas di hati Amah? Apakah anak kesayangannya yaitu Kiang yang kaya? Atau malah Soei si bontot yang ternyata dapat rumah alih-alih mengirimnya ke panti jompo?

Amah ngga pernah menjawabnya gamblang.

“Aku tidak bisa menentukan siapa yang paling aku sayang, tapi aku bisa bilang paling nyaman bersamamu..”

Scene saat membersihkan kulkas bersama Xiu, anak perempuan Amah (ibu M), mungkin menjawab posisi nomor satu di hati Amah. Karena emang Xiu yang tulus merawat Amah. Dan secara ngga langsung M menjadi cucu kesayangan Amah, apalagi M juga ‘akhirnya’ merawat Amah sepenuh hati.

Ingat ngga adegan buah delima yang mau diambil Soei, tapi Amah bilang, “itu bukan punyamu,” namun ternyata Amah memberikan itu untuk M. Buah yang ditanam sejak M lahir.

Dan gongnyaaaa.. untuk siapa tabungan Amah di bank.

Aku jadi ingat ibuk yang bener-bener sayang banget sama aku, karena aku satu-satunya cucu yang tinggal bersama beliau di Malang. Karena aku sering dititipin di rumah ibuk karena orang tua ku kerja.

Hingga di usia senja, saat aku udah kerja dan punya uang sendiri di Jakarta, aku mampir ke bude (tempat ibuk tinggal kala itu). Pas aku pulang, aku salim sama ibuk, dan beliau menggenggamkan dua lembar uang kertas warna merah.

Ibuk bilang, “ini buat Lintang naik bis ya. Minggu depan ke sini lagi ya.”

Di bus air mataku jatuh bercucuran. Aku ingat gimana nganterin ibuk ambil uang pensiunan, ingat ibuk nyuapin makan, cebokin, mandiin, nemenin nonton TV, dan bikinin bekal buat sekolah.

Ya Allah ibuk, Lintang udah bisa cari duit sendiri sekarang. Bisa bayar bis sendiri, ibuk masih kasih sangu di sisa-sisa duit ibuk dari bude. Mungkin aku tetep jadi Lintang yang dulu, anak kecil yang menghampiri ibuk saat terjatuh, anak kecil yang merajuk ditemenin tidur saat malam datang.

Baca Juga: Review The Childe (2023), Psikopat Brutal Dibalik ‘Anak Baik’ Yang Hobi Tersenyum!

Sign dari Amah

Sign dari Amah

Mui sempet menjelaskan tentang perasaannya saat melepas kepergian Agong. Sebenernya dia bisa menyelamatkan Agong, namun Agong sendiri ingin pergi dan berharap Mui melepaskannya.

Pas menjelang akhir hayat Amah, beliau memberikan gerakan seperti tangan pas nangis karena ingin dijemput orang tuanya Amah.

Nyanyian Nina Bobo M pada Amah dan pecahnya tangis M, bener-bener bikin mata bengep sih kalau aku. Amah emang beneran ingin pamit dan berterima kasih sama M yang udah bener-bener tulus merawatnya.

Apalagi adegan di panti jompo, aduh bikin nyesek. Pas M melepas kancing bawah Amah dan mengajaknya pulang.

Amah yang Selalu Mengalah

Amah yang Selalu Mengalah

Ternyata Amah sendiri punya kakak yang kaya raya. Namun dia mengorbankan dirinya untuk dijodohkan orang tuanya demi kakaknya yang busuk.

Amah rela uangnya diambil anak bungsunya yang jadi benalu.

Amah menahan ngga makan daging sapi kesukaannya biar anak laki-lakinya tumbuh sehat dan kuat.

Amah ingin mandiri, tinggal sendiri tanpa merepotkan anak perempuannya.

Amah berjualan Conge dan bangun pagi hari jam 4 pagi.

Amah menabung sedikit demi sedikit untuk M demi mewujudkan mimpi besar cucunya, M, saat masih kecil.

Amah ingin dimakamkan di tempat bagus, bukan untuk dirinya. Amah hanya ingin keluarganya, anak keturunannya bisa berkumpul semua di sana.

Amah adalah kakek nenek kita yang menjadi perekat sanak saudara saat lebaran. Ketika kakek atau nenek kita berpulang, tak ada alasan mudik.

Hingga kita kehilangan tempat untuk pulang.

Cerita Sederhana yang Bikin Hati Porak Poranda

Cerita Sederhana yang Bikin Hati Porak Poranda

Menurutku, menonton film ini emang harus dirayakan. Seberapa besar aku menahan pertahanan agar air mataku ngga tumpah. Ujungnya jebol juga. Ending berlatarkan mobil pikap yang mengantar perjalanan Amah hingga ke peristirahatan terakhirnya.

Sebuah perpisahan yang begitu indah.

Berkumpul di rumah nenek memang bikin recall memory personal buatku. Liburan Ramadan emang selalu dinanti untuk tinggal di rumah nenek. Nenek yang menunggu cucu-cucunya kumpul, memberi angpau di hari Raya, dan bagaimana sepinya saat semua sudah pulang.

Semua kenangan bersama ibuk pun mencuat bertubi-tubi di kepalaku. Menari-nari dan bikin sesenggukan setengah mati.

Kenangan dengan segala kebersamaan itu yang sebenarnya menjadi warisan berharga sesungguhnya. Bahwa mereka sungguh berarti di hati kami.

 

22 pemikiran pada “Review How to Make Millions Before Grandma Dies (2024)”

  1. Berarti drama perebutan warisan bisa terjadi juga di Thailand ya, saya pikir cuma ada di Indonesia aja. Hemmm, jadi ngebayangin dong, nanti saya dan istri di masa tua seperti apa, tinggal di mana, dengan siapa… Duuuh malah jadi refleksi diri sendiri dehhh.

    Sepertinya bagus banget deh film ini ya. Jadi penasaran sih

    Balas
  2. Sudah terbayang saya pun bakalan tidak bisa menahan air mata. Bikin saya makin penasaran. Masukkan ke list to watch dulu..

    Balas
  3. Betul banget ya. Kenapa di Indonesia yang katanya religius dan banyak muslim. Tapi masih sering dengar ada yang rebutan warisan. Padahal Islam mengajarkan aturan warisan.

    Pengen nonton filmnya

    Balas
  4. baca review-nya aja, udah kebayang seperti apa ceritanya. sangat relate dengan kehidupan sehari-hari. tapi emang bener loh, libur jadi momen paling ditunggu sama kakak nenek di rumah, karena cucunya bakalan datang. kalau enggak datang, sedihnya ampunnn

    Balas
  5. Film ini adalah sebuah komedi ringan yang menghibur. Akting para pemainnya cukup bagus dan cerita filmnya pun cukup menarik. Film ini juga memberikan beberapa pesan moral tentang pentingnya keluarga dan persahabatan.

    Balas
  6. Suka meng-sedih kalau kisha yang diangkat tentang keluarga dan juga tentang warisan. Bisa diangkat sebagai pembelajaran ya

    Balas
  7. Sedih sih kalau bicara warisan. Gak cuma di film, gak cuma cerita orang lain, saya pun mengalaminya. Warisan bikin hubungan saudara jadi buruk. Tidak dari keluarga pihak ibu, tidak keluarga dari pihak bapak, semuanya jadi kurang akur gara-gara warisan.

    Balas
  8. Lucu kalo inget netizen yg salah sebut judul ini pilem, wkwk.. Alur ceritanya yg bisa jadi relate sama kehidupan nyata rata² keluarga. Pesan moralnya dapet banget sih. Bahkan banyak yg review juga ini pilem wajib ditonton sama semua anggota keluarga.

    Balas
  9. Duhh buatku yg ngga punya banyak memori sama nenek dan kakek masih relate ngga ya? Soale aku sekali aja nginep rumah nenek, wkwkwkwkw itu pun sangat ngga berkesan karena aku sek acil poll blm SD malah. huhu, ayahku yatim piatu sejak aku TK, trus tinggal kakek dari ibuku yang yaah begitulah

    Balas
  10. Manusia kalau udah soal harta warisan bisa sampai gak inget keluarga. Film ini sederhana tapi menampilkan realita yang memang banyak dialami oleh manusia, makanya feelnya dapet banget film ini

    Balas
  11. Uhuk, baca reviewnya aja udah nyesek. Terbayang juga jika dikaitkan dengan kehidupan nyata, kita saat usia senja nanti, mudah-mudahan anak-anak kita menjadi anak yang berbakti pada orang tua. Sehingga masih bisa ada waktu untuk orang tua.

    Balas
  12. Sama seperti saya ibu saya sekarang sendiri. Setiap saya mau menemani selalu berbenturan dengan keluarga
    Jadinya suka mikir pasti saya akan kena karma, kelak tua saya akan dibiarkan sendiri juga oleh anak cucu
    Tapi saya sudah siap kok
    Ikhlas kalau kelak saya dibiarkan sendiri di masa tua

    Balas
  13. Urusan warisan emg pelik bgt sih. Bahkan mereka udh rebutan meski yg pny waris masih hidup. Sungguh potret kehidupan yg mampu dituangkan apik dlm film ini.

    Meski di medsos bnyk yg mencibir kl ada yg ga bs nangis setelah nonton film ini. Ya emg itu sudut pandang dia sih. Krn dia menganggap ga akan simpati ke anak yg pengangguran dan ga lulus kuliah.

    Lha dia kan emg ga lulus tp jd streamer. Meski malah berantakan krn hrs ngurus amahnya.

    Bgm pun film ini jd pengingat buat kita smua utk mempersiapkan diri dgn baik di masa tua. Termasuk mendidik anak cucu dgn bekal iman dan ilmu agar tdk sengketa waris yg dinantikannya.

    Balas
    • Nahh ada tuh temenku yang tanya, “nangisnya di bagian mana?”
      Aukk dah, mungkin ya ada bagian dirinya yang ngga tersentuh, terlepas dia punya pengalaman pribadi apa ngga sama neneknya.
      It’s ookey lah yaaa, pengalaman menonton dan merasa tiap orang emang berbezzzaaa heheee

      Balas
  14. Kalau uda ngobrol mengenai orangtua dan waktu tuh rasanyaa… nyesss…
    Karena bisa jadi itulah saat-saat terakhir kita membersamainya. Tapi yang namanya nyawa tuh gak bisa diprediksi. Kadang yang meninggal bukan karena usia, tapi justru yang muda dan yang sehat segar bugar.

    Huhuhu.. tetep yaa.. film How to Make Millions Before Grandma Dies ini membawa masalah ke-Asia-annya dan tetap hangat untuk ditonton bersama keluarga.

    Balas
    • Nah makanya, rahasia umur kita ngga tahu. Kadang ada juga yang baru aja masih ngobrol ehh sore udah kepundut. Sebenernya kita juga ngga akan pernah siap, tapi yang harus siap kapan aja kan..

      Balas
  15. Film yang manarik, warisan menghancurkan keluarga, point ini relate banget dengan kehidupan nyata ya kak. Di Indonesia sendiri banyak sekali kasus saudara saling bunuh hanya karena soal warisan. Sedih banget ya… Orang tua kerja keras mengumpulkan harta, tapi ternyata menjadi benih konflik..

    Balas
  16. Wah ini related bgt sih sama kehidupan banyak masyarakat ya terutama di indo. Banjir air mata aku nonton ini huhu apalagi amahnya mirip bgt sama mama mertua alm yg kena cancer jg huhu

    Balas
  17. Membaca reviewnya kak Lintang aja udah bikin mata basah, gak kebayang kalo ikutan nonton. Tapi sepertinya wajib banget nih nonton How to Make Millions ini. Relate banget juga sama kehidupan masyarakat sekarang, dan ini juga yang jadi pikiranku. Someday aku tua akan sama siapa… 🙁

    Balas
    • Iya apalagi rame banget kan pro kontra bu Risma yang panti jompo kapan hari katanya bukan budaya kita. Sedih sii kalo ngebayangin masa tua ntarnya..

      Balas

Tinggalkan komentar