“Kami ingin mengelola bukan jadi buruh. Merdeka atas tanah. Selain juga memenuhi kebutuhan kami, kami juga menyediakan pangan bagi orang lain.”
Desa Nusantara. Kamu pernah denger belum?
Kalau aku sih jujurly belum! Sampai akhirnya aku diberi kesempatan ngobrol bareng temen-temen #EcoBloggerSquad, WALHI, dan Tokoh Masyarakat dari Desa Nusantara.
Ternyata beneran ada lho Desa Nusantara ini.
Pak Usman mengawali ceritanya bagaimana beliau datang ke Desa Nusantara.
“Kami datang dari Jawa ke Sumatera tujuannya karena di kampung halaman sudah ngga ada lagi lahan. Kami berbagi jatah warisan dan cuma dapet beberapa meter, bikin rumah gubug aja ngga cukup, tapi juga harus berbagi sama saudara. Sampai ada tawaran dari pemerintah untuk transmigrasi.”
Mengapa tidak?
Pak Usman sekeluarga pun menyetujuinya. Prosesnya juga cepat, tahun 1981 mereka sekeluarga hijrah mengadu nasib ke Sumatera Selatan.
Ternyata di sini juga ngga seperti yang dibayangkan. Bahkan rupa-rupanya binatang hidup di sini pun enggan. Memang ada fasilitas rumah, tapi ngga ada halamannya, dengan bentuk rumah panggung kalau kaki turun ke bawah ya udah ada genangan air menyentuh kaki.
Pak Usman hanya bisa merenung. Pun meratap. Makan masih dapet subsidi dan ransum. Tapi ngga selamanya juga bakal dibantu pemerintah, ya kan?
Jadi awal mula Desa Nusantara ini terletak di Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Provinsi Sumatera Selatan dengan luas wilayah mencapai 259.300 hektar. Awalnya memang area pemukiman transmigrasi dan areal pertanian lahan gambut.
Kok dinamain Desa Nusantara sih?

(sumber: Materi Online Gathering EBS)
Yap. Karena perusahaan yang mendapatkan tender pembukaan lahan dan pembangunan kawasan transmigrasi pada Orde Baru di daerah Jalur 27 itu bernama PT Nusantara.
Dalam skema transmigrasi ini, alokasi tanah untuk tiap keluarga dipolakan dengan:
Lahan 1 (L1) seluas 2 hektar + Lahan 2 (L2) seluas ¼ hektar. Masing-masing desa disediakan Lahan Cadangan dengan asumsi kalau warga desa akan bertambah nantinya.
Sedangkan di Desa Nusantara sendiri: Total L1 + L2 adalah 1012 hektar, lahan cadangan seluas 200 hektar, dan Area Peruntukan Lain (APL) 1200 hektar.
Saat ini ada setidaknya 600 kepala keluarga yang umumnya berasal dari Jawa Timur (Kediri, Tulung Agung, Nganjuk, dan Mojokerto).
Table of Contents
Wabah Melanda, Korban Berjatuhan
Pak Usman melanjutkan ceritanya.
Sekitar tahun 1982 ada kejadian yang tak terlupakan. Pada awal kepindahan mereka sekitar bulan September – Desember ada wabah muntaber/ kolera. Setiap hari ada aja yang meninggal.
Sampai akhirnya warga bisa beradaptasi dengan wabah dan baru setelahnya pemerintah menyediakan puskedes dan memberikan obat oralit untuk setiap warga.
Langkah lain ke depannya gimana dong?
Karena support makanan juga tidak akan diberikan selamanya, mau ngga mau mereka harus bertani dan mengelola tanah yang disediakan oleh pemerintah. Mereka diberikan fasilitas pekarangan dan lokasi lahan usaha.

(sumber: Materi Online Gathering EBS)
Lahan usaha pun dikelola sedemikian rupa dan tahun demi tahun mengumpulkan lahan sedikit demi sedikit. Padi berhasil ditanam bermodalkan bibit yang dibawa dari Jawa dalam skala kecil.
Tahun 1983 – 1984 gagal hama tikus, babi, kera, dan ulat yang menyerang padi di awal-awal. Baru tahun 1995 warga berhasil menemukan cara membabatnya. Membasmi hamanya memang susah, satu-satunya cara ya dengan membasmi sarangnya.
Selang 10 tahun kemudian, sawah tersebut diklaim sebagai Hak Guna Usaha (HGU) milik perusahaan sawit.
Baca Juga:
Fungsi dan Peran Penting Gambut Bagi Mitigasi Perubahan Iklim
Perjuangan Mempertahankan Lahan Seluas 1200 Hektar
Desa Nusantara ini merupakan desa pertama yang menolak masuknya perusahaan perkebunan sawit di wilayah ini. Menjadi desa terakhir juga yang terus menolak pembayaran untuk pembebasan lahan seluas 1200 hektar.
Kenapa? Kan enak dapat upah yang pasti dari memelihara sawit ya kan?
Mereka membentuk Forum Petani Nusantara Bersatu (FPNB) sebagai respon terhadap perusahaan sawit, selain juga sebagai wadah menyalurkan aspirasi warga.
Sebuah kalkukasi sederhana yang mereka ungkapkan mengapa kok menolak perusahaan sawit tuh seperti ini.
Kalau cuma menanam sawit aja, ya cuma dapat upah harian memelihara sawit perusahaan. Ngga sebanding dong sama keuntungan yang diperoleh kalau panen padi.
Apalagi dengan tetap menanam padi, bisa jadi ketahanan pangan yang akan menjaga mereka dari krisis pangan saat paceklik.

(sumber: Materi Online Gathering EBS)
Peran WALHI Mendampingi Desa Nusantara
WALHI sebagai organisasi gerakan independen non profit berupaya mendorong penyelamatan lingkungan hidup di Indonesia.
Bang Adam Kurniawan selaku Manajer Pengembangan Potensi Rakyat WALHI Nasional juga ikut memaparkan materi yang menarik.

(sumber: Materi Online Gathering EBS)
“Bentang alam Nusantara kita adalah gugusan kepulauan yang terdiri dari lautan, pulau, kawasan hutan, dan luasan daratan yang besar. Sangat kaya kars, lahan gambut, mangrove dan danau. Karakteristik dengan lanskap ekologis yang beragam, dan juga fungsinya menjaga ekosistem global. Kekayaan alam inilah yang sangat berpengaruh dengan keanekaragaman hayati.”
Yap! Nusantara kita adalah sebuah bangsa dengan berbagai suku dan bahasa. Sayangnya, di tengah keanekaragaman hayati dengan corak budayanya masing-masing dan pengolahan Sumber Daya Alam (SDA) yang harusnya berbeda, pemerintah malah mau menyeragamkannya.

(sumber: Materi Online Gathering EBS)
Artinya, jadi ngga patuh pada keragaman bentang alam yang kaya tadi.
Sebagian besar pengelolaan darat dan laut malah diberikan kepada swasta yang membuat masyarakat adat dan komunitas lokal tersingkir dari ruang hidup mereka dan kehilangan kesempatan berkontribusi menjaga ekosistem global.
Akibat kekeliruan pengolahan SDA yang tak sesuai malah membuat bentang alam Indonesia menjadi rentan terhadap bencana. Dampaknya setiap saat ada berita banjir, longsor, dan di wilayah lain malah kekeringan.
WALHI sebagai organisasi yang fokusnya pada isu lingkungan hidup memberikan respon dong.
Mereka mempromosikan Pengakuan & Perlindungan Wilayah Kelola Rakyat (WKR) sebagai model pengelolaan sumber daya alam yang orientasinya pada pemulihan ekosistem dan upaya kolektif buat mengurangi dampak krisis iklim dan bencana ekologis di seluruh Indonesia.
Jadi ngga melulu semuanya harus jadi kebun sawit, atau harus jadi tambang. Ngga gitu juga dong konsepnya.
Tapi dengan memperhatikan keragaman lanskap ekologis dengan menghargai karakteristik wilayah setempat. Mengikuti bagaimana tradisi masyarakat adat dan komunitas lokal (MAKL) setempat dalam mengolah SDA.
Contohnya gambar di bawah ini. Sebuah gambar citra Desa Tanjung Aur di Bengkulu di mana tahun 2013 permukaan tanahnya kelihatan gundul banget. Padahal ini masuk kawasan hutan negara.

(sumber: Materi Online Gathering EBS)
Kemudian setelah dicek lagi tahun 2022, petani yang menggarap hutan tersebut berhasil menghijaukan lagi hutannya.
Praktek ekonomi lokal bisa menjadi kekuatan yang menyejahterakan. Pengolahan sumber daya alamnya sendiri berdimensi pemulihan sosial ekologis. Maksudnya dalam pengolahan hutan gundul menjadi lebat seperti ini.
Model pengolahan seperti ini yang akan disupport dengan menggunakan Dana Nusantara.
Baca Juga:
Menimbang Masa Depan Masyarakat Adat yang Kaya Tradisi dan Budaya
Dana Nusantara, Harapan Baru Bagi Desa Nusantara

(sumber: Materi Online Gathering EBS)
Bagi WALHI sendiri, Dana Nusantara adalah sebuah pendanaan langsung untuk masyarakat adat dan komunitas lokal.
Program pendanaan yang dikembangkan WALHI, KPA, dan AMAN pada 2022 ini telah diimplementasikan pada 12 lokasi WKR dengan pendampingan WALHI.
Tujuannya untuk mendukung komunitas dalam melakukan pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan dengan memberikan pendanaan yang terjangkau dan mudah diakses.
Fokusnya pada komunitas yang mempunyai akses terbatas pada SDA dan pendanaan, namun punya potensi melakukan pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan.
Pada tahun 2022, Forum Petani Nusantara Bersatu (FPNB) direkomendasikan WALHI Sumatera Selatan mengakses Dana Nusantara untuk pemetaan partisipatif Desa Nusantara.
Pemetaan dipilih sebagai metode pengambilan informasi langsung dari lapangan. Khususnya yang ada hubungannya dengan hal-hal berdifat fisik, namun juga mencakup aspek sosial, budaya, dan ekonomi.
Pemetaan partisipatif ini merupakan satu bagian dari Sustainable Land Use Planning (SLUP). Sebuah metode untuk menyusun tata guna lahan berkelanjutan secara partisipatif.
Harapannya untuk memastikan lahan pangan bisa dikelola secara berkelanjutan kalau ekosistemnya terjaga secara seimbang.
Melalui SLUP FPNB dengan anggota sekita 700 keluarga, berkomitmen menjadikan Desa Nusantara menjadi desa ekologis.
Ke depannya punya power dalam menopang keberlanjutan daya dukung lingkungan sebagai sumber pangan warga.
Apa Sih Manfaat Dana Nusantara Bagi Masyarakat dan Lingkungan Hidup?
1. Mendorong Kemandirian Komunitas Lokal
Dana Nusantara mendorong kemandirian komunitas lokal dalam pengelolaan sumber daya alam. Komunitas lokal bisa mengembangkan pengelolaan SDA secara mandiri yang harapannya bisa meningkatkan kesejahteraan dan keberlanjutan lingkungan hidup dengan bantuan pendanaan dan pelatihan.
2. Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Lokal Mengelola SDA
Dana Nusantara juga membantu meningkatkan partisipasi komunitas dalam pengelolaan sumber daya alam. Nantinya komunitas akan terlibat langsung dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pengelolaan SDA berkelanjutan.
3. Membangun Kesadaran Komunitas Lokal Terhadap Isu Lingkungan Hidup
Pemberian dukungan pada pengelolaan SDA berkelanjutan diharapkan membuat komunitas lokal memahami pentingnya menjaga lingkungan demi keberlangsungan hidup manusia.
Mereka juga akan belajar merencanakan dan mengimplementasikan pengelolaan SDA berkelanjutan, serta dampaknya bagi kehidupan ke depannya.
4. Berkontribusi Pada Keberlanjutan Pengelolaan SDA
Luas Wilayah Kelola Rakyat (WKR) saat ini telah mencapai angka 1.161.338. Alokasi Dana Nusantara pada komunitas pengelola WKR diharapkan memberi dampak berantai yang juga akan berkontribusi pada keberlanjutan pengelolaan SDA di Indonesia.
Program ini tujuannya membantu menjaga keseimbangan ekosistem dan mengurangi dampak negatif isu lingkungan hidup.
5. Meningkatkan Partisipasi dan Dukungan Berbagai Pihak
Implementasi program Dana Nusantara bantu meningkatkan partisipasi dan dukungan dari berbagai pihak. Misalnya masyarakat, pemerintah, dan organisa lain yang peduli pada isu lingkungan hidup.
Semakin banyak melibatkan berbagai pihak dalam pengelolaan SDA berkelanjutan harapannya dapat menciptakan sinergi dan kolaborasi dalam menjaga lingkungan hidup.
Nah, ternyata banyak banget kan hal baik yang bisa kita perolah dari program Dana Nusantara ini.
WALHI sendiri memastikan agar Dana Nusantara bisa berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan komunitas di Desa Nusantara. Dilakukan dengan memperjuangkan pengakuan dan perlindungan Wilayah Kelola Rakyat, mengembangkan ekonomi lokal dan melibatkan komunitas lokal Desa Nusantara dalam pengelolaan SDA berkelanjutan.
Maka benar adanya kalau Dana Nusantara adalah harapan baru dan angin segar bagi Desa Nusantara.
24 Komentar. Leave new
betul kalau punya lahan sendiri tuh bisa mengelola dan tentu lebih sejahtera ya, kalau cuma jadi buruh tuh capek tok dan ga bisa mencukupi kebutuhan. Klo bisa mengelola tanah jadi kawasan ekologis juga yaa ga cuma manfaat ekonomi tapi juga kasih manfaat buat lingkungan
Wah ternyata program ini ya yang membawa pakdeku sampe ke Sumatera. Jadi pakdeku ini dari Kediri dan nenek kakek dari keluarga bapak ini dari Tulungagung. Hingga skrg mereka berkebun karet. Tanahnya luas banget meski aku hanya diceritain via telepon/pas mereka mudik ke Kediri. Semoga lahan peruntukannya makin asri ya. Dijaga trs jgn sampe ada masalah/bencana.
Lhooo sama. Pakdeku juga dari Kediri pindah ke OKI cuma ngga di Desa Nusantara. Mereka satu kabupaten gitu sama Desa Nusantara ini. Terus juga nderes karet juga gituuu..
Wah…seru nih, jangan-jangan pakDe-nya kak Didik dan mba Lintang saling kenal nih, sama-sama pindah dari Kediri ke OKI.
Mudah-mudahan sih warga Desa Nusantara bisa mempertahankan lahan garapan yang sudah dikelola puluhan tahun yah. Nyesek tau-tau ada yg klaim gitu…
semoga peran WALHI dalam mendampingi Desa Nusantara akan senantiasa membawa dampak baik dan positif bagi setiap masyarakat di sana, khususnya dalam menghadapi oknum-oknum tak bertanggung jawab yang mengklaim akan mengubah Desa Nusantara menjadi perkebunan sawit
Setujuuuu banget pak apalagi kalau melihat bagaimana perjuangan warga Desa Nusantara, semoga bisa menjadi langkah baik untuk terus menjaga bumi.
Petani itu pejuang juga ya, demi menghasilkan padi menjaganya dari hama yang banyak banget dan destruktif. Btw, untung ada WALHI turut membantu Desa Nusantara mempertahankan hak-haknya ya.
Berarti pengolahan SDA ini harus diperbaiki ya Kak?
Agar posisi masyarakat adat lebih jelas, begitupun desa Nusantara dan memang perlu ada pendamping dalam hal ini.
Desa nusantara? Kalau ditanya sudah pada tau atau belum. Jawabnya belum. Baru tahus ekarang ini setelah membaca tulisam Kaka. Ini sebuah gagasan luar biasa, yang jika dikelola dengan baik bisa juga membawa kesejahteraan
ikut seneeng pas ada dana nusantara gini jadi kita punya wadah untuk menyalurkann kemana kita harus bantu yaa,, kirain tuh mereka bergerak sendiri gitu, alhamdulillaah banget ada DANUS
Itu program masa orba ya kayaknya, Transmigrasi namanya. Saat itu banyak tetangga nenekku yang diberangkatkan oleh pemerintah ke luar pulau Jawa, terutama Sumatera. Dengar-dengar sih mereka banyak yang berhasil “babat alas” di sana, sukses.
Nggak kebayang betapa nggak mudahnya perjuangan Pak Usman dan rekan-rekan sesama transmigrannya yang dulu membangun dan mengembangkan Desa Nusantara. Eh terus ada saja oknum yang datang mau mengubah tanah yang susah payah mereka garap jadi lahan sawit. Ckckck. Semoga peran WALHI yang sudah bikin Desa Nusantara jadi lebih baik, terus memberi dampak positif.
Butuh banget dukungan, apalagi masih banyak konflik di berbagai daerah, semoga dana bisa untuk meringankan atau menjadi solusi dari masyarakat adat
Syukurlah ada Dana Nusantara yang bisa bermanfaat menjaga Desa Nusantara agar tetap lestari dan berdaulat
Semoga adanya dengan Dana Nusantara bisa membantu mereka untuk terus melindungi bumi kita.
Itu enggak kebayang sih, gimana keselnya. Udah capek-capek mengola lahan, eh ada yang ngaku-ngaku.
Lagi2 perkebunan sawit. Bete banget ya sama perusahaan macem gini. Apalagi waktu aku liat Watchdoc jd tahu gmn kejadian di lapang dan makin kesel. Semoga aja bisa diberikan solusi yg terbaik dan adil
Dengan adanya Dana Nusantara ini semoga bisa membantu Desa Nusantara ya. Sedih baca cerita mereka yang memperjuangkan lahan
Memang mesti ada yang kompak membela kalau ada pihak yang mengklaim ini itu atas tanah yang mereka garap.
pernah denger dan baca kasus yang dihadapi desa nusantara nih, miris emang yaa. dan kasus serupa gak hanya terjadi di sana saja, tapi banyak di desa lainnya yang notabene dekat dengan perusahaan industri kelapa sawit atau kertas. semoga pemerintah bisa melindungi masyarakat desa atau adat yang terkena kasus serupa, meski tentu saja komunitas se[erti WALHI dan AMAN akan selalu siap membantu.
nahas banget kasusnya. klaim sepihak itu emang mengerikan sih, yang ujung-ujungnya juga merugikan
Desa Nusantara gak boleh berjuang sendirian.
Dengan mendukung minimal melalui informasi yang baik mengenai Desa Nusantara serta WALHI dan Dana Nusantara, semoga langkah kecil ini bisa memberikan sumbangsih besar untuk masyarakat Desa Nusantara.
Semoga pengelolaan dan peruntukan dana nusantara ini benar-benar tepat sasaran ya, sehingga masyarakat desa nusantara lebih sejahtera dan tenteram.
keliatan banget bedanya ya kak ketika sebelum dan sesudah lingkungan direstorasi masyarakat adat. memang mereka yang paling paham buat urus lingkungan
Ngikutin cerita perjuangan warga Desa Nusantara ini bikin sedih juga emosi. Perusahaan sawit itu apa ngga lihat usaha mereka ngubah rawa gambut jadi lahan produktif? Semoga WALHI bisa terus mendampingi masyarakat Desa Nusantara dari ancaman penyeragaman komoditas