
Pernah ngga sih kita merasa udah melakukan suatu hal semaksimal mungkin tapi akhirnya gagal? atau pernah nggak sih kita sudah berusaha semampu kita tapi juga nggak berhasil? yang pada akhirnya kita hanya bisa mengeluh dan akhirnya meyalahkan Tuhan. Bener sekali kali sebuah quote You can do anything but you can’t do everything.
Saat mengalami sebuah musibah atau keterpurukan memang sudah sewajarnya kalau kita merasa bersedih karena tidak mendapatkan yang kita inginkan. Tetapi keinginan yang tidak terpenuhi adalah petunjuk dari Allah bahwa ‘sesuatu’ tersebut tidak baik bagi kita.
و عسى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وهُوَ خَيْرٌ لكَمْ وَعَسى أَنْ تُحِبُّوْا شَيْئا وهو شرٌّ لكم واللهُ يعلمُ وأَنْتُمْ لا تَعْلمُوْنَ
“Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”(QS. Al Baqarah: 216)
Berbaik sangka kepada Allah adalah hal yang paling mendasar untuk seorang muslim. Jika setiap permasalahan ia terbiasa berburuk sangka pada orang lain, terlebih Allah, maka dalam kehidupannya ia tidak akan pernah tenang. Nah disinilah kita harus belajar untuk berserah diri kepada Allah.
Dengan berserah diri kepada Allah, mempunyai filosofi jika manusia itu mewakilkan, seperti kata “tawakal” diambil dari kata wakala yang berarti wakil dan mewakilkan, sehingga apapun yang terjadi maka dia akan mempercayakan semua itu hanya kepada Allah semata. Imam Ibnu Rajab rahimahullah berkata,
“Hakikat tawakal adalah hati benar-benar bergantung kepada Allah dalam rangka memperoleh maslahat (hal-hal yang baik) dan menolak mudhorot (hal-hal yang buruk) dari urusan-urusan dunia dan akhirat”
Dari definisi sebelumnya para ulama menjelaskan bahwa tawakal harus dibangun di atas dua hal pokok yaitu bersandarnya hati kepada Allah dan mengupayakan sebab yang dihalalkan. Orang berupaya menempuh sebab saja namun tidak bersandar kepada Allah, maka berarti ia cacat imannya. Adapun orang yang bersandar kepada Allah namun tidak berusaha menempuh sebab yang dihalalkan, maka ia berarti cacat akalnya.
Nah disinilah peran kita untuk ikhtiar. Kita juga harus mengusahakan apa yang kita inginkan. Karena tawakal bukanlah pasrah tanpa usaha. Dari Umar bin Al Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Seandainya kalian betul-betul bertawakal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rezeki sebagaimana burung mendapatkan rezeki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.”(HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Al Hakim. Dikatakan shahih oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash Shohihah no. 310)
Para ulama menyampaikan empat syarat terwujudnya sikap tawakal yang benar, yaitu:
Table of Contents
Bertawakal hanya kepada Allah saja
“Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Rabb-mu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.” (QS. Huud: 123)
Yakin pada kehendak Allah
Berkeyakinan yang kuat bahwa Allah Maha mampu mewujudkan semua permintaan dan kebutuhan hamba-hamba-Nya dan semua yang didapatkan hamba hanyalah dengan pengaturan dan kehendak Allah.
“Mengapa kami tidak bertawakal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakal itu berserah diri.” (QS. Ibrahim: 12)
Mengikhlaskan Niat
Yakin bahwa Allah akan merealisasikan apa yang di-tawakal-kan seorang hamba apabila ia mengikhlaskan niatnya dan menghadap kepada Allah dengan hatinya.
“Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.“ (QS. Ath-Thalaq: 3)
Tidak Putus Asa
Tidak putus asa dan patah hati dalam semua usaha yang dilakukan hamba dalam memenuhi kebutuhannya dengan tetap menyerahkan semua urusannya kepada Allah.
“Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah, ‘Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Ilah selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Rabb yang memiliki ‘Arsy yang agung.“(QS. At-taubah: 129)
Tawakal yang sebenarnya kepada Allah akan menjadikan hati seorang mukmin ridha kepada segala ketentuan dan takdir Allah, hal ini merupakan ciri utama orang yang telah merasakan kemanisan dan kesempurnaan iman. Tapi tetap kita harus melakukan usaha, sehingga Allah akan menilai kalau kita tidak sedang bermain-main dalam meminta. Tidak semua hal bisa kita kerjakan sendirian, namun kita masih bisa mengerjakan hal yang bisa kita kerjakan. Dan serahkan sisanya kepada Allah.
Do everything you can, Allah will do everything you can’t
Malang, 22 Desember 2020
Yoast SEO
Toggle panel: Yoast SEO
Google preview
Preview as:Mobile resultDesktop resultUrl preview:irisansenja.com › you-can-do-anything-but-you-cant-do-everythingSEO title preview:You Can do Anything but You Can’t do Everything – Cerita Kala SenjaMeta description preview:

Dec 22, 2020 ⋅ Pernah ngga sih kita merasa udah melakukan suatu hal semaksimal mungkin tapi akhirnya gagal? You can do anything but you can’t do everythingSEO titleInsert variableTitle Page Separator Site title Site titleTitlePrimary categorySeparatorSlugMeta descriptionInsert variablePernah ngga sih kita merasa udah melakukan suatu hal semaksimal mungkin tapi akhirnya gagal? You can do anything but you can’t do everythingSite titleTitlePrimary categorySeparator
Cornerstone content
Advanced
Pernah ngga sih kita merasa udah melakukan suatu hal semaksimal mungkin tapi akhirnya gagal? atau pernah nggak sih kita sudah berusaha semampu kita tapi juga nggak berhasil? yang pada akhirnya kita hanya bisa mengeluh dan akhirnya meyalahkan Tuhan. Bener sekali kali sebuah quote You can do anything but you can’t do everything.
Saat mengalami sebuah musibah atau keterpurukan memang sudah sewajarnya kalau kita merasa bersedih karena tidak mendapatkan yang kita inginkan. Tetapi keinginan yang tidak terpenuhi adalah petunjuk dari Allah bahwa ‘sesuatu’ tersebut tidak baik bagi kita.
و عسى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وهُوَ خَيْرٌ لكَمْ وَعَسى أَنْ تُحِبُّوْا شَيْئا وهو شرٌّ لكم واللهُ يعلمُ وأَنْتُمْ لا تَعْلمُوْنَ
“Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
(QS. Al Baqarah: 216)
Berbaik sangka kepada Allah adalah hal yang paling mendasar untuk seorang muslim. Jika setiap permasalahan ia terbiasa berburuk sangka pada orang lain, terlebih Allah, maka dalam kehidupannya ia tidak akan pernah tenang. Nah disinilah kita harus belajar untuk berserah diri kepada Allah.
Dengan berserah diri kepada Allah, mempunyai filosofi jika manusia itu mewakilkan, seperti kata “tawakal” diambil dari kata wakala yang berarti wakil dan mewakilkan, sehingga apapun yang terjadi maka dia akan mempercayakan semua itu hanya kepada Allah semata. Imam Ibnu Rajab rahimahullah berkata,
“Hakikat tawakal adalah hati benar-benar bergantung kepada Allah dalam rangka memperoleh maslahat (hal-hal yang baik) dan menolak mudhorot (hal-hal yang buruk) dari urusan-urusan dunia dan akhirat”
Dari definisi sebelumnya para ulama menjelaskan bahwa tawakal harus dibangun di atas dua hal pokok yaitu bersandarnya hati kepada Allah dan mengupayakan sebab yang dihalalkan. Orang berupaya menempuh sebab saja namun tidak bersandar kepada Allah, maka berarti ia cacat imannya. Adapun orang yang bersandar kepada Allah namun tidak berusaha menempuh sebab yang dihalalkan, maka ia berarti cacat akalnya.
Nah disinilah peran kita untuk ikhtiar. Kita juga harus mengusahakan apa yang kita inginkan. Karena tawakal bukanlah pasrah tanpa usaha. Dari Umar bin Al Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Seandainya kalian betul-betul bertawakal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rezeki sebagaimana burung mendapatkan rezeki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.”
(HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Al Hakim. Dikatakan shahih oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash Shohihah no. 310)
Para ulama menyampaikan empat syarat terwujudnya sikap tawakal yang benar, yaitu:
Bertawakal hanya kepada Allah saja
“Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Rabb-mu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Huud: 123)
Yakin pada kehendak Allah
Berkeyakinan yang kuat bahwa Allah Maha mampu mewujudkan semua permintaan dan kebutuhan hamba-hamba-Nya dan semua yang didapatkan hamba hanyalah dengan pengaturan dan kehendak Allah.
“Mengapa kami tidak bertawakal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakal itu berserah diri.”
(QS. Ibrahim: 12)
Mengikhlaskan Niat
Yakin bahwa Allah akan merealisasikan apa yang di-tawakal-kan seorang hamba apabila ia mengikhlaskan niatnya dan menghadap kepada Allah dengan hatinya.
“Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.“
(QS. Ath-Thalaq: 3)
Tidak Putus Asa
Tidak putus asa dan patah hati dalam semua usaha yang dilakukan hamba dalam memenuhi kebutuhannya dengan tetap menyerahkan semua urusannya kepada Allah.
“Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah, ‘Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Ilah selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Rabb yang memiliki ‘Arsy yang agung.“
(QS. At-taubah: 129)
Tawakal yang sebenarnya kepada Allah akan menjadikan hati seorang mukmin ridha kepada segala ketentuan dan takdir Allah, hal ini merupakan ciri utama orang yang telah merasakan kemanisan dan kesempurnaan iman. Tapi tetap kita harus melakukan usaha, sehingga Allah akan menilai kalau kita tidak sedang bermain-main dalam meminta. Tidak semua hal bisa kita kerjakan sendirian, namun kita masih bisa mengerjakan hal yang bisa kita kerjakan. Dan serahkan sisanya kepada Allah.
Do everything you can, Allah will do everything you can’t
Malang, 22 Desember 2020