Beberapa hari yang lalu alhamdulillah berkesempatan berkunjung ke salah satu masjid di kota Blitar yang katanya mirip masjid Nabawi. Masjid ini cukup terkenal, namanya masjid Ar Rahman Blitar. Sungguh penasaran dong, kek gimana sih? Apa iya benerap mirip? Yahh meski saya juga belum pernah ke masjid Nabawi benerannya 🙁
Masjid Baid Ar-Rahman namanya, saat menginjakkan kaki ke sana, hanya ada beberapa pengunjung saja. Ada beberapa relawan yang patroli di sekitar masjid (eh lumayan banyak ding). Mbak-mbak dan mas-mas yang berpakaian, dan menjalankan tugas sesuai protokol kesehatan banyak tersebar di berbagai penjuru.
Kesan pertamaku, masya Allah, bagusnyaa. Saat datang kita akan disambut payung-payung khas masjid Nabawi juga. Dengan arsitektur Utsmaniyah Mamluk, beribadah di masjid ini atmosfernya serasa seperti di Masjid Nabawi, Madinah. Masya Allah.
Baca Juga: Menginap Sambil Lihat Satwa di Baobab Safari Resort

Dilansir dari detik.com, masjid ini dibangun di atas lahan seluas hampir 5.000 meter persegi. Memasuki halaman masjid ini, kita disuguhi pemandangan indah. Sebanyak 10 tiang penyangga payung berdiri berjajar dengan megah. Bentuk payung ini sama seperti yang tampak di bagian luar Masjid Nabawi. Ornamen tembaga dengan warna emas melilit di bagian atas tiang yang dihiasi lampu indah dengan bentuk serupa di Madinah.
Ciri khas kontemporer klasik Utsmaniyah Mamluk langsung bisa dilihat dari bentuk pilar melengkung dengan motif hitam putih. Desain pilar seperti ini ada di semua bagian masjid. Sebanyak 11 pintu masuk setinggi tiga meter dengan lebar dua meter terlihat megah menyambut datangnya para jemaah. Pintu kayu jati ini dilapisi tembaga berukir dengan motif kaligrafi yang cantik.

Di bagian dalam, langit-langit Masjid Nabawi yang dominan warna hijau tua dan putih juga sekilas mirip dengan yang ada di masjid Ar-Rahman. Termasuk bentuk langit-langit yang dibuat melengkung.

Walaupun secara ukuran dan bentuk mimbar sangat mencolok berbedaannya, namun sekilas kita dapat melihat kesamaan walaupun sedikit. Pun, kita jadi seperti salat di depan kakbah. Keren aseliiik.
Baca Juga: 6 Tips Liburan Hemat Bersama Keluarga

Beribadah di Masjid Ar-Rahman Blitar
Jadi, di sana itu protokolnya ketat banget, mbak-mbaknya keliling di mana-mana. Seperti saat saya kemarin mau masuk ke dalam masjid untuk salat, sambil bawa bayi. Ternyata masuk ke dalam tidak diperkenankan bawa anak-anak. Mungkin takut menganggu kali ya, kadang kan anak-anak lari-larian kerjaannya. Pun, di dalam banyak mbak relawan bertugas, mempersilakan salat dengan jarak dan wajib masker. Sambil menunggu waktu Ashar, saya berdiam diri sambil terkagum-kagum.
Manalagi pengharum ruangannya khas Nabawi banget (eh bukan sok tau, emang bener begitu kata emak bapak saya hahagss). Gimana ya rasanya, ngak tau deh, nggak bisa terjabarkan. Rasa nyaman, hati yang tenang, suara imam yang merdu, udah aja nggak mau pulang. Gimana kalau saya beneran ke sana ya? Nangis kali ya?
Ternyata bisa ya, merindukan seseorang yang bahkan tidak pernah kita temui.
Baca Juga: Kopi Taji: Serunya Ngopi di Atas Awan
Ternyata bisa ya, merindukan tempat yang belum pernah kita kunjungi.
Ternyata bisa juga ya merindukan seseorang dan tempat yang kita harapkan bisa menjumpainya kelak..
Madinah, kota yang selalu dirindukan..
‘Bertamu’ ke Masjid Nabawi, doa, harapan, tangis menjadi satu. Semoga Rasulullah mengenali kita kelak, dan memberi syafaat di padang Mahsyar.
Ada seorang ustadz pembimbing jamaah haji pernah berkata,
“Jika tidak bisa menangis di sini (masjid Nabawi), mintalah ganti hati pada Allah.”