Dulu pernah terbersit pikiran, apakah melahirkan secara caesar itu menandakan kurangnya ikhtiar seseorang dalam merayu Tuhannya?
Dalam persalinanku yang pertama dan kedua emang ikhtiarku ketat. Semua doaku diijabah. Aku menyebutkan banyak hal dalam setiap sujudku. Banyak semoga yang kupanjatkan; semoga melahirkan tidak melewati HPL, semoga melahirkan ditemani ayahnya, semoga tidak ketuban pecah dini, semoga tidak sungsang dan melintang, semoga tidak plasenta previa, semoga tidak pre eklamsia, semoga HB nya cukup, semoga tidak operasi, semoga tidak mendapat jahitan dan perineum utuh, semoga baik muka hatinya, terhindar dari TORCh, down syndome, cerebal palsy dll, semoga sehat ibu dan bayinya, semoga tidak rewel, semoga ASI bisa keluar dan mencukupi, semoga tidak baby blues, dan masih banyak semoga yang lain.
Alhamdulillah Allah mengabulkan semuanya. Persalinan normal dan bahagia. Ada beberapa hal yang yang tidak terkabul, terkait akhirnya harus mendapat jahitan juga. Ah bukan masalah besar.
Orang bilang, persalinan ke tiga lebih drama. Benar.
Aku berdoa dengan semoga yang sama setiap harinya. Malah lebih intens. Aku juga berpuasa. Tahajud ngga bolong. Senam malah sangat amat rajin daripada kehamilan sebelumnya. Prenatal yoga rutin (nyimak yoganya Andien sama Mba Sinta). Power walk mulai kehamilan 7 bulan, kemudian rutin ke rampal setiap hari, squad juga rajin, setiap hari konsumsi kurma 7 butir, bahkan aku melakukan perineum massage mandiri (nanti aku bahas gimana ini). Aku bahkan mencoba diet less carbo dan less sugar karena ada penelitian yang mengatakan bahwa mengurangi karbo bisa merangsang hormon prostaglandin yang bisa membuat kala 1 lebih cepat.
Nah sesembak yang bersangkutan ini hanya membutuhkan waktu selama 3 jam dalam proses persalinannya. Akhirnya aku juga mengikuti #JSR (Jurus Sehat Rasulullah) demi mengatur pola makan gaya hidup sehat. Sampai aku mengkhatamkan Quran selama kehamilan. Pokoknya segala macam ikhtiar aku lakukan dan nggak kasih kendor.
Aku menyusun birth plan. Aku ingin melahirkan secara gentle birth. Aku sudah membuat janji dengan bidan Rina untuk perineum massage di awal usia kehamilan 37w. Juga akan mengikuti seminar bidan hits Yessy Aprilia dan doula Yurin. Pokoknya setiap hari work out dengan harapan memudahkan persalinan dan berjuang agar perineum utuh. Karena jahitan di area perineum cukup membuat batasan bergerak. Sedangkan anak-anakku banyak membutuhkanku, sehingga aku harus lebih aktif bergerak. Makanya aku mengejar perineum massage agar area tersebut elastis saat crowning.
Tapi akhirnya?
Baca Juga: Catatan Genduk: Melahirkan Genduk (Bagian 8)